Keputusan FIFA merupakan sebuah potret berkeadilan. Mengapa? Karena kekhilafan bukan karena faktor football family, karena kesalahan atau kerusuhan akibat wasit memimpin tidak fair play, bentrok antarsuporter karena hasil pertandingan, pengamanan terjadi kekhilafan karena berkaitan dengan statuta. Inilah komunikasi cerdas dan cerdik sangat diperlukan untuk menyelamatkan kepentingan yang lebih besar. Dimana sepak bola Indonesia tetap berlangsung dengan tata kelola yang akan dipoles secara khusus melalui konsultasi dengan FIFA dan AFC. Semoga menjadi pelajaran berharga dan pengorbanan para pahlawan sepak bola dari Kabupaten Malang tercinta.
Bahwa Ketua Umum PSSI Mochammad Iriawan menyatakan bertanggung jawab dan akan membuat program pemulihan, itulah sikap lebih satria. Daripada mundur sebelum Kongres. Biarlah Kongres PSSI tahun depan menentukan nasib federasi sepakbola Indonesia ke depan akan memilih pemimpin seperti apa?
Biarlah kompetisi dengan tata kelola baru, dengan verifikasi stadion standar AFC dan FIFA dengan keamanan di dalam stadion menyesuaikan dengan statuta FIFA, dan keamanan serta kenyamanan penyelenggara sepakbola di luar stadion juga terjaga.
“Tsunami Kanjuruhan” hingga Minggu (16/10/2022) masih tercatat 6 suporter yang dirawat di RS Saiful Anwar dan RSUD Kanjuruhan masih kritis, karena cedera otak dan sesak nafas serta 5 suporter masih dirawat. Tidak berlebihan jika semua pahlawan “Tsunami Kanjuruhan” tercatat dalam sejarah sepakbola Indonesia, untuk dikenang sepanjang masa, untuk membangkitkan seluruh anak bangsa membalas dengan prestasi yang membanggakan di event dunia sepakbola. (*)