Hebi berharap kepada 150 RW yang telah dinyatakan lolos pada tahapan penilaian kedua SSC 2022, bahwa poin penilaian selanjutnya berfokus pada ekonomi kerakyatan.
“Kalau sudah ada bisa dibesarkan atau dikembangkan berbasis dengan lingkungan. Jangan berbisnis jika tidak memperhatikan lingkungan,” tegasnya.
Ia mencontohkan pada salah satu inovasi kegiatan Program Kampung Iklim (Proklim) di kawasan Kelurahan Kebonsari yang telah melakukan pemilahan sampah pada usaha catering. Yaitu, melakukan pemilahan sampah organik dan non organik untuk kemudian dilakukan pengolahan sampah.
“Sisa makanan tadi dibuat untuk menjadi eco enzyme, budidaya maggot, untuk pakan ternak dan sebagainya. Maka, saya menganjurkan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan secukupnya agar tidak menimbulkan sampah organik yang berlebihan,” ucapnya.
Di sisi lain, DLH Kota Surabaya saat ini tengah merancang skema mengenai program padat karya berbasi dengan potensi pengembangan lingkungan. “Sementara sudah ada 180 orang yang hendak mendaftar untuk pembibitan tanaman. Tetapi saya sedang mengajukan untuk bisnis tanaman, mulai dari perawatan tanaman, penjualan bibit, kompos, serta cara merangkai tanaman. Dan ini sedang kita menghutangkan,” jelasnya. (*)