Kemudian saudagar datang ke tempat pedagang, dan mengembalikan semua permata. Bahkan diminta untuk mengambil satu pun ditolak. “Saudagar bilang saya sebetulnya sudah mengambil dua butir permata,” katanya. “Tetapi waktu saya hitung kembali jumlahnya tidak berubah,” kata pedagang.
Saudagar mengatakan bahwa hanya mengambil integritas dan penghargaan pada dirinya, “Saya hanya ambil integritas dan penghargaan untuk diri saya sendiri”. tandas saudagar.
Riyadh menjelaskan, integritas adalah kemampuan diri kita untuk tetap berbuat baik dan berbuat jujur. Padahal punya kesempatan memperkaya diri dengan kekuasaan dan kewenangannya. “Jika para wasit sudah mampu menjaga integritas dan mampu menjaga penghargaan dirinya juga siap hidup sederhana karema jujur dan baik. Jangan takut kalian memimpin dengan sungguh-sungguh dan benar,” kata Riyadh memotivasi.
Bahkan, lanjut dia, meminta kepada Departemen Wasit melanjutkan penilaian secara obyektif kepada seluruh wasit dengan ranking. “Cari terobosan, kalau memang wasit Liga 2 karena prestasinya memenuhi syarat naik ke Liga 1, ya dinaikkan supaya menjaga integritas dan profesional pada profesi wasit,” harapnya.
Jaga Nafsu
Riyadh secara khusus meminta supaya sejak hari ini meninggalkan kejelekan, dan ke depan menyongsong kebaikan untuk masa depan sepakbola Indonesia lebih berprestasi. Mengingat, lanjut dia, bukan hanya uang yang membuat ketenangan, tetapi nama baik dan berbuat baik akan membuat jiwa juga tenang. “Saya menyadari banyak keterbatasan, tetapi kalau wasit sungguh-sungguh, maka menjadi kebanggaan dalam membangun sepakbola Indonesia. Karena marwah sepakbola adalah timnas dan wasit,” tuturnya.
Sebagai peringatan tentang bahaya nafsu, menurut Riyadh, ketika ada setan di ladang melepas kuda, setelah dilepas kuda langsung merusak tanaman, isterinya petani mengetahui langsung menembak kuda hingga mati.
Tetangganya pemilik kuda mengetahui isteri petani menembak kuda hingga mati, giliran menambah isteri petani sampai mati. Si petani isterinya ditembak tetangganya giliran menembak pembunuh isterinya sampai mati.
Tetangganya yang lain marah kemudian membakar rumah petani. Semua baru menyadari bahwa saling membunuh bahkan membakar rumah, karena nafsu yang tidak terkendali, karena tidak mengetahui siapa yang memicu.
Padahal, lanjutnya, semua dipicu karena setan sengaja melepas kuda yang kemudian merusak tanaman. Bukan menggoda petani dan tetangganya. Semua karena nafsu, iri dan dengki juga tamak. Oleh karena itu, wasit jangan sampai tergoda bukukan seperti setan melapis kuda yang merusak tanaman, tergoda siapa saja yang meminta wasit merusak pertandingan yang akan memicu kemarahan banyak orang.
Riyadh pada akhir pembekalan meminta, kepada seluruh wasit ikut menbangun sepakbola Indonesia. “Mari dari kita sendiri kita bangun prestasi sepakbola Indonesia. Masalah integritas bisa digali, apapun nuranimu pasti ada bisikan kebaikan. Ikutilah bisikan kebaikan untuk prestasi sepakbola Indonesia,” ujarnya diplomatis. (JT)