Tiga Kisah Inspiratif Soal Kejujuran dan Kebenaran untuk Wasit

Tiga Kisah Inspiratif Soal Kejujuran dan Kebenaran untuk Wasit
Komite Wasit PSSI Ahmad Riyadh UB Ph.D

JAKARTA (WartaTranspransi.com) – Komite Wasit PSSI Ahmad Riyadh UB Ph.D menegaskan agar wasit menjalankan tugas saat memimpin pertandingan dengan menjalan aturan/statuta dengan benar sesuai hati nurani. “Wasit harus menjaga kejujuran dan kebaikan sebagai bagian penghargaan kepada dirinya dengan sungguh-sungguh,” kata Riyadh saat memberikan pembekalan pada Seleksi dan Penyegaran 224 wasit dan asisten wasit Liga 2 tahun 2022/23.

Berlangsung selama 23-26 Agustus 2022, di Hotel Mercure Cikini Menteng Jakarta, dengan test fitness level 2, Riyadh yang juga Ketua Asprov PSSI Jatim membekali para wasit muda dengan tiga kisah inspiratif yang penuh dengan pesan moral.  “Laksanakan sesuai dengan pedoman sesuai hatimu, laksanakan terus memimpin dengan yakin dan jujur selama kamu benar,” tandas Riyadh.

Diawali dengan kisah Luqmanul Hakim yang diabadikan dalam Al-Qur’an cara mendidik anaknya diajak naik keledai, diajak jalan ke kerumunan atau pasar. Dia meminta anaknya mendengarkan orang pasar bicara apa? Dimana, lanjut dia, pada saat anaknya disuruh naik dan Luqman menuntut keledai, orang berbicara anak kok tidak sopan bapaknya disuruh jalan. Ketika anaknya ganti menuntut, dikatakan bapak tidak kasihannya anaknya.

Pada saat keledai dibiarkan tidak dinaiki keduanya, dikomentari sama-sama bodoh tidak memanfaatkan keledai. “Dan pada saat keduanya naik keledai, dikatakan tidak peri kehewanan,” tuturnya dengan bahasa bercerita disambut tepuk tangan.

Menurut Riyadh, wasit selalu dibicarakan dalam berbuat apa saja. Tetapi kalau melaksanakan tugas dalam memimpin pertandingan dengan baik, benar, jujur dan adil, maka akan dibicarakan kebaikan.

Tokoh Jujur

Kisah kedua disampaikan bahwa ada seorang tokoh jujur, tetapi hidupnya pas-pasan dan hidup dalam kesederhanaan serta tenang. Bahkan masyarakat tidak membicarakan soal jeleknya sama sekali karena baiknya. Apalagi tidak pernah hutang dan sehari-hari seorang ilmuwan.

Sebut saja Wati (anaknya) dipanggil bapaknya sebut saja namanya Umar (seorang tokoh yang sederhana), menjelang wafat, Umar pesan agar Wati mengikuti jejaknya jujur dan hidup sederhana supaya menjaga jati dirinya menjadi orang yang baik.

Tetapi dengan tegas Wati menolak dan membantah karena tidak ingin hidup sederhana dan terbatas. Pada Wati masuk tes di sebuah perusahaan sangat bonafide dan memerlukan pegawai yang punya integritas karena memimpin kawasan Asia Pasific, waktu sesi wawancara ditanya namanya seusai biodata Wati binti Umar.

“Kamu dinyatakan lulus dengan gaji Rp 100 juta, karena sudah lulus dari tes dari darah orangtua mu, yang jujur dan tidak pernah berbuat curang”. Bahkan pada saat mengetes pewawancara dinyatakan masuk terpilih karena tidak pernah titipan dan uang pelicin, semua dites masuk murni. Wati menangis karena tidak bisa meminta maaf kepada orangtua yang sudah menitipkan untuk hidup sederhana dan menjaga kejujuran. Sementara dia diterima karena kejujuran dan ketokohan orangtua yang sudah dihargai banyak orang, termasuk saat menerima masuk perusahaan bonafide.

“Dari kisah ini ada kaitan kejujuran dan kebaikan dengan keluarga dan keturunan. Masih mendapat penghargaan. Demikian juga jika kejujuran dan kebaikan dilakukan para wasit Liga 2,” kata Riyadh.

Kisah ketiga tentang saudagar kaya raya yang ingin membeli kuda bagus. Dimana  waktu lewat pasar melihat ada kuda sangat bagus, dan pedagang juga menawarkan dengan harga tinggi, tetapi keduanya akhirnya sama-sama puas dengan harga yang disepakati setelah tawar menawar.

Sampai di rumah saudagar meminta pelayannya  membuka pelana kuda, dengan spontan pelayan teriak karena menemukan sekantong berlian  permata, “Tuan kita untung besar karena ada permata di kuda ini”.  Sang saudagar mengatakan bahwa harga yang dibayar adalah membeli kuda, bukan berlian atau permata, sehingga rayuan pelayan untuk membagi dan tidak mengembalikan kepada pedagang ditolak.

Kemudian saudagar datang ke tempat pedagang, dan mengembalikan semua  permata. Bahkan diminta untuk mengambil satu pun ditolak. “Saudagar bilang saya sebetulnya sudah mengambil dua butir permata,” katanya. “Tetapi waktu saya hitung kembali jumlahnya tidak berubah,” kata pedagang.

Saudagar mengatakan bahwa hanya mengambil integritas dan penghargaan pada dirinya, “Saya hanya ambil integritas dan penghargaan untuk diri saya sendiri”. tandas saudagar.

Riyadh menjelaskan, integritas adalah kemampuan diri kita untuk tetap berbuat baik dan berbuat jujur. Padahal punya kesempatan memperkaya diri dengan kekuasaan dan kewenangannya. “Jika para wasit sudah mampu menjaga integritas dan mampu menjaga penghargaan dirinya juga siap hidup sederhana karema jujur dan baik. Jangan takut kalian memimpin dengan sungguh-sungguh dan benar,” kata Riyadh memotivasi.

Bahkan, lanjut dia, meminta kepada Departemen Wasit melanjutkan penilaian secara obyektif kepada seluruh wasit dengan ranking. “Cari terobosan, kalau memang wasit Liga 2 karena prestasinya memenuhi syarat naik ke Liga 1, ya dinaikkan supaya menjaga integritas dan profesional pada profesi wasit,” harapnya.

Jaga Nafsu

Riyadh secara khusus meminta supaya sejak hari ini meninggalkan kejelekan, dan ke depan menyongsong kebaikan untuk masa depan sepakbola Indonesia lebih berprestasi. Mengingat, lanjut dia, bukan hanya uang yang membuat ketenangan, tetapi nama baik dan berbuat baik akan membuat jiwa juga tenang. “Saya menyadari banyak keterbatasan, tetapi kalau wasit sungguh-sungguh, maka menjadi kebanggaan dalam membangun sepakbola Indonesia. Karena marwah sepakbola adalah timnas dan wasit,” tuturnya.

Sebagai peringatan tentang bahaya nafsu, menurut Riyadh, ketika ada setan di ladang melepas kuda, setelah dilepas kuda langsung merusak tanaman, isterinya petani mengetahui langsung menembak kuda hingga mati.

Tetangganya pemilik kuda mengetahui isteri petani menembak kuda hingga mati, giliran menambah isteri petani sampai mati.  Si petani isterinya ditembak tetangganya giliran menembak pembunuh isterinya sampai mati.

 

Tetangganya yang lain marah kemudian membakar rumah petani. Semua baru menyadari bahwa saling membunuh bahkan membakar rumah, karena nafsu yang tidak terkendali, karena  tidak mengetahui siapa yang memicu.

Padahal, lanjutnya, semua dipicu karena setan sengaja melepas kuda yang kemudian merusak tanaman. Bukan menggoda petani dan tetangganya. Semua karena nafsu, iri dan dengki juga tamak. Oleh karena itu, wasit jangan sampai tergoda bukukan seperti setan melapis kuda yang merusak tanaman, tergoda siapa saja yang meminta wasit merusak pertandingan yang akan memicu kemarahan banyak orang.

Riyadh pada akhir pembekalan meminta, kepada seluruh wasit ikut menbangun sepakbola Indonesia. “Mari dari kita sendiri kita bangun prestasi sepakbola Indonesia. Masalah integritas bisa digali, apapun nuranimu pasti ada bisikan kebaikan. Ikutilah bisikan kebaikan untuk prestasi sepakbola Indonesia,” ujarnya diplomatis. (JT)