Reni menilai bahwa keseriusan Pemkot Surabaya untuk terus memberikan perhatian pada aset yang terbengkalai diharapkan turut memacu pemanfaatan aset-aset di Dolly agar ‘zero mangkrak’. Sebab, dari 30 aset Pemkot Surabaya yang berada di kawasan tersebut, 9 di antaranya masih belum dikelola secara maksimal.
“Banyak juga yang sudah termanfaatkan, untuk taman, untuk lapangan futsal, untuk rumah pemberdayaan, untuk tempat produksi sepatu, dan lain sebagainya,” kata Reni.
Pengelolaan secara berkelanjutan berupa monitoring aset secara berkala juga perlu dilakukan. Agar bisa memaksimalkan manfaat dari aset yang ada di kawasan tersebut.
“Yang sudah termanfaatkan pun juga harus dievaluasi, optimalisasinya seperti apa agar benar-benar berdampak pada aspek ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Reni.
Selain Dolly, ia juga mengingatkan pengelolaan aset negara di eks lokalisasi lainnya yang ada di Surabaya.
Sementara itu, terkait pencegahan terjadinya prostitusi terselubung, Camat Sawahan, Kota Surabaya, M Yunus memastikan, pengawasan rutin dilakukan. Selama ini jajarannya rutin melakukan patroli tiga pilar di lapangan, diikuti jajaran Satpol PP, TNI, dan kepolisian setempat.
Namun, ia megakui ada oknum yang ingin memanfaatkan waktu lengahnya petugas. Oknum itu diduga menawarkan praktik prostitusi terselubung saat petugas lengah.
Karena itu, Yunus mengaku mengambil tindakan pengamanan dua titik. Malam hingga subuh, petugas dibagi untuk PAM di Jalan Putat Jaya Lebar B serta pertigaan Jalan Kupang Timur. Kekuatan Satpol PP bisa 24 jam dan dibagi tiga shift. (*)