Siti Arifah, M. Psi – Dosen Bimbingan dan Konseling UNDAR
Siapa orang yang tidak pernah punya masalah….???? Banyak kejadian yang kita alami sehari-hari pastinya memunculkan bermacam-macam emosi dalam diri, termasuk emosi negatif. Kira-kira apa jadinya ketika emosi itu dibiarkan dan terus menumpuk? Yang ada adalah Booom…kita akan berpotensi lelah secara mental, dan bisa meledak suatu hari nanti. Jika hal ini terus dibiarkan tentu akan membuat kesehatan mental semakin memburuk.
Yang perlu diperhatikan dampaknya adalah ketika kita cepat marah atau mudah emosi terhadap berbagai hal yang terjadi. Pikiran dan perasaan yang negatif juga dapat membuat orang menjadi reaktif dengan berbagai situasi. Sehingga jika hal ini tidak dapat ditangani dengan baik tentu dapat mempengaruhi kesehatan mental dan kesehatan fisik bahkan aktivitas keseharian. Jika kita pernah atau sedang mengalami masalah ini, maka kita perlu mengenal apa yang disebut dengan emotional detox. Sesuai dengan namanya, emotional detox adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melepas emosi negatif di dalam diri.
Sama seperti tubuh, pikiran juga perlu untuk didetoksifikasi dari segala hal yang kotor dan buruk, supaya seseorang bisa menjalani hidup dengan lebih damai serta bahagia.
Apa yang dimaksud Detoksifikasi Emosional atau Emotional Detox?
Menurut Sherianna Boyle, Profesor psikologi dan penulis buku Emotional Detox mengatakan emotional detox atau detoksifikasi emosional merupakan upaya untuk menghilangkan emosi yang mengganggu untuk menjaga kesehatan mental dan kesehatan tubuh kita secara keseluruhan agar tetap baik, Dikutip dari psychcentral.com.
Sederhananya, detoks mental berarti membatasi diri dari pikiran-pikiran yang memicu perasaan-perasaan yang cenderung negatif. Lalu, pikiran itu diganti dengan pikiran-pikiran lain yang mampu membawa kita kepada perasaan tenang, damai dan bahagia. Detoks mental intinya adalah membatasi yang negatif. Lantas, mengganti dengan yang positif.
Dari tahun ke tahun kita menyimpan banyak sekali pikiran negatif. Pertama-tama adalah memori negatif dari masa lalu kita. Contohnya adalah kejadian yang terjadi di masa lalu, tapi masih kita bawa sampai sekarang. Misalkan saja, mungkin kita pernah kecewa atau sakit hati pada diri sendiri atau orang lain. Akibatnya, rasa bersalah hingga perasaan malu itu terus menerus kita bawa dalam pikiran hingga sekarang.
Memory negatif lainnya bisa berupa memori yang berisi kata-kata atau ucapan orang lain yang pernah kita terima yang sulit kita maafkan hingga sekarang. Celakanya, di kepala kita terus memutar kejadian dan peristiwa hingga detail-detailnya. Akibatnya, kita terus menyimpan kebencian dan kemarahan kepada orang tersebut.
Memori negatif lainnya bisa berupa berita-berita atau informasi yang kita tidak tahu kebenarannya (Hoaks), namun terus-menerus menciptakan perasaan jengkel, marah bahkan benci. Dengan kata lain, kita masih terus menyimpan dalam pikiran kita, informasi yang tidak kita cek kebenarannya itu. Tapi ujung-ujungnya, kita percaya dengan informasi ‘sampah’ itu dan terus meyakininya.
Akibatnya, justru yang muncul adalah perasaan marah, benci dan dendam yang tak berkesudahan.
Maka dari itu penting untuk melakukan emotional detox, kalau cara melakukan emotional detox ada banyak, Misalnya Bercerita dan berbagi dengan orang lain, melakukan refleksi diri, cari lingkungan pergaulan yang memotivasi, memafkan diri sendiri dan orang lain. Tapi sebenarnya dalam islam juga sudah mengajarkan emotional detox, yaitu dengan cara berpuasa, jadi pas banget jika pada bulan ramadlan ini kita melakukan emotional detox bersama-sama.
Puasa, adalah cara islami detox emosi….
Seperti apa yang disarankan Sherianna Boyle dan banyak ahli psikologi maupun pakar kesehatan mental sudah diajarkan terlebih dulu oleh Rasulullah SAW, untuk mengatasi ledakan emosi, agar mental dan keadaan jiwa kita menjadi sehat, Rasulullah SAW menyarankan kita untuk berpuasa.
Rasulullah Saw bersabda, “Puasa adalah perisai. Oleh karena itu janganlah ia berkata dan bertindak cabul, janganlah ia berkata dan bertindak bodoh, dan janganlah ia berteriak-teriak emosional. Apabila seseorang mencelanya atau menantangnya berkelahi maka hendaknya ia berkata, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa”(HR. Bukhari).
Tidak hanya untuk meredam emosi yang berlebihan, puasa juga bisa menghilangkan “penyakit hati”
“Puasa di bulan kesabaran, dan tiga hari dari setiap bulan, akan menghilangkan penyakit di dada.” (HR.Ahmad, Nasa’i, Abu Daud dan Al-Bazzar)
Bagaimana mudah kan…??
Di bulan ramadlan ini, selain segala berkah dan rahmat dicurahkan Allah segenap kaum muslimin yang menjalankan ibadah puasa, juga digunakan sebagai ujian terhadap kesabaran kita. Ujjian inilah yang nantinya bisa menghilangkan “penyakit hati” di dada.
Apa “penyakit hati” itu? Yang dimaksud bukanlah penyakit jasmaniah seperti penyakit hepatitis, liver dan sebagainya, tapi yang dimaksud “Penyakit hati” disini adalah kerusakan pandangan dan keinginan seseorang terhadap realita atau kebenaran yang ada dihadapannya. Missal; Dengki, dendam, marah, murka, bohong, menipu, benci, sikap memusuhi, bisikan kotor dan jahat, mengadu domba. Pokoknya segala sifat jelek dari manusia itu “penyakit hati”.
Yuk coba dibulan ramadlan ini, kita lakukan emotional detox, untuk menghilangkan “penyakit hati”…….!!!