SURABAYA (WartaTransparani.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dan 46 hotel teken nota kesepakatan bersama (NKB) untuk mendukung penuh penggunaan produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan pemberdayaan masyarakat, Jumat (18/3/2022).
Acara penandatanganan NKB berlangsung secara hybrid di halaman Balai Kota Surabaya. Dilakukan langsung Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi bersama dengan Direktur, General Manager (GM) atau perwakilan dari 46 hotel yang ada di Surabaya.
Dalam sambutannya, Eri mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh pihak hotel yang mendukung perekonomian warga Kota Pahlawan. Melalui kolaborasi tersebut, dia optimistis, ke depan segala permasalahan sosial di Surabaya bisa diselesaikan.
“Dengan kekuatan yang luar biasa antara Pemerintah Kota Surabaya dengan semua stakeholder dan khususnya hotel di Surabaya ini saya yakin, maka kemiskinan, pengangguran dan permasalahan di Kota Surabaya pasti bisa kita selesaikan dan kita lewati,” katanya.
Pada awal tahun 2021, Eri mengaku belum bisa concern menggeliatkan perekonomian di Kota Pahlawan. Sebab, sejak dilantik pada Februari hingga akhir November 2021, ia harus berjibaku menekan tingginya kasus Covid-19. Tingginya kasus Covid-19 saat itu pun berdampak pada seluruh sektor, tak terkecuali okupansi hotel yang mengalami penurunan.
“Tapi ketika bulan November 2021 Covid-19 sudah mulai turun, kita berjibaku bersama untuk terus membangkitkan ekonomi di Kota Surabaya. Alhamdulillah, dari tahun 2020 ekonomi Surabaya yang terkontraksi 4,85, pada tahun 2021 bangkit menjadi 4,29, bahkan lebih tinggi dari Nasional dan Jawa Timur. Matur nuwun (terima kasih) atas semua supportnya,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini merupakan wujud dari kolaborasi yang luar biasa sehingga perekonomian di Kota Surabaya bisa naik hingga 8 persen.
Bagi Eri, menurunnya ekonomi itu akhirnya bisa dilewati dan dilalui karena adanya gotong-royong dan kebersamaan antara pemerintah dan stakeholder yang ada di Surabaya.
“Saya ingin membangun kota ini bukan karena tekanan dan paksaan. Saya ingin membangun kota ini bukan karena ada ketakutan dan ada jarak antara pengusaha dengan pemerintah. Tapi saya ingin membangun kota ini dengan rasa empati, rasa gotong royong dan rasa kekeluargaan,” tuturnya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu menilai, ketika hotel atau mal berdiri di Kota Pahlawan dan mengangkat perekonomian warga sekitar, maka itu akan menjadi luar biasa. Hal ini pun terbukti melalui penandatanganan NKB yang dilakukan 46 hotel dalam upaya menggerakan perekonomian warga Surabaya.
“Yang hebat bukan wali kotanya, tapi yang hebat adalah investor yang masuk ke Surabaya seperti njenengan (anda) yang tidak pernah ragu mendirikan hotel di Surabaya. Ini yang membuat saya bangga kepada njenengan semua. Matur nuwun,” katanya.
Meski begitu, Eri kembali mendorong seluruh investor agar dapat berinvestasi di Surabaya. Namun begitu, dia juga meminta agar setiap investasi yang hadir di Surabaya secara otomatis juga harus bisa mengangkat perekonomian warga sekitar.
“Saya sampaikan bahwa membangun kota itu harus dengan kebersamaan, gotong royong. Karena itu kalau ada investasi masuk, jangan pernah ganggu investasi di Surabaya. Tapi ketika investasi itu ada, maka secara otomatis saya sampaikan harus bisa menarik warga sekitarnya,” terangnya.
Salah satu bentuk dari kerja sama ini adalah dengan menghadirkan produk-produk UMKM Surabaya ke setiap hotel. Akan tetapi, apabila produk UMKM yang dibina pemkot itu harganya lebih tinggi dan kualitasnya di bawah, maka Wali Kota Eri Cahyadi juga meminta kepada pihak hotel agar menolak. Sebab, pemerintah juga tidak bisa semena-mena dalam menjalankan kewenangannya.
“Tetapi bagaimana kita (pemkot), membantu meningkatkan kemampuan dari UMKM kita, sehingga produknya bisa diambil oleh hotel-hotel sesuai standarnya,” ujarnya.
Eri juga memastikan, bahwa pemkot tak hanya sekadar memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pelaku UMKM. Melainkan pula menjembatani mereka agar masuk menjadi bagian dari investasi yang ada di Surabaya. Makanya dalam prosesnya itu, pemkot juga melakukan kurasi terhadap setiap produk UMKM yang akan dihadirkan di hotel Surabaya.
“Tadi disepakati bahwa seperti sandal hotel, makanan kecil, kebutuhan seperti sabun, tusuk gigi itu semuanya bisa dipenuhi Pemkot Surabaya. Kemudian ada sayur-sayuran, setelah itu tenaga kerjanya minimal 50 persen harus orang Surabaya dan ini semua harus disepakati,” paparnya.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (DKKORP) Surabaya Wiwiek Widayati menjelaskan, bahwa NKB ini bertujuan untuk mengoptimalisasi penggunaan produk UMKM dan pemberdayaan masyarakat. Hal Ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab antara pemkot bersama stakeholder dalam meningkatkan pembangunan perekonomian Kota Surabaya.
“Optimalisasi itu melalui penyelenggaraan kegiatan keterlibatan pelaku UMKM dalam menyediakan produk-produk di perhotelan,” kata Wiwiek.
Adapun sinergi kerja sama ini, kata Wiwiek, bentuknya berupa penyediaan barang-barang kebutuhan hotel dari para pelaku UMKM Surabaya. Antara lain, seragam batik untuk para karyawan serta penyediaan sandal hotel untuk tamu. Ada juga makanan, minuman serta amenities atau perlengkapan penunjang kamar hotel yang bisa digunakan.
“Di sisi lain (hotel) juga memprioritaskan untuk mengupayakan penyerapan tenaga kerja yang ber-KTP Surabaya kurang lebih sedikitnya 50 persen menjadi karyawan-karyawati di hotel,” jelasnya.
Menurut Wiwiek, 46 hotel yang menandatangani NKB itu masih sebagian kecil dari jumlah total sekitar 240 hotel yang ada di Surabaya. Namun, secara bertahap, dia memastikan bahwa pemkot akan bersinergi dengan seluruh hotel yang ada di Kota Surabaya. “Untuk hotel lain akan kami proses secara bertahap,” tukasnya. **