Peningkatan dimensi ini, lanjut dia, terutama disebabkan peningkatan Sub Dimensi Kepuasan Hidup Personal dari 66,63 di tahun 2017 menjadi 71,40 pada tahun 2021. Sementara untuk Sub Dimensi Kepuasan Hidup Sosial meningkat sebesar 4,01 poin, dari 76,72 menjadi 80,73.
Untuk Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia) di Jawa Timur meningkat sebesar 1,53 poin dari 71,66 di tahun 2017 menjadi 73,19 pada tahun 2021. Hanya pada Indeks Dimensi Perasaan (Affect) di Jawa Timur turun dari 68,79 di tahun 2017 menjadi 66,43 pada tahun 2021.
Khofifah mengungkapkan, meningkatnya indeks kebahagiaan di Jawa Timur tidak lain karena masyarakatnya bisa berdamai dengan situasi dan kondisi yang kurang bersahabat akibat Pandemi Covid-19.
Masyarakat Jatim, kata Khofifah, ketimbang mengeluhkan kondisi, mereka lebih baik mencari solusi atas persoalan tersebut. Selain itu, suasana guyub, penuh kekeluargaan, dan saling tolong menolong juga turut membuat masyarakat hidup nyaman dan bahagia.
“InsyaAllah, tetangga kanan dan kiri tidak ada yang cuek. Semua saling membantu dan semua saling menolong. Hal ini teruji betul saat pandemi Covid-19,” imbuhnya.
Selain itu, lanjut Khofifah, meningkatnya indeks kebahagiaan masyarakat Jawa Timur karena stabilnya harga kebutuhan pokok di Jatim. Hal tersebut tercermin dari harga makanan yang relatif murah hampir di seluruh kabupaten/kota di Jatim.
Khofifah berkomitmen untuk terus berupaya meningkatkan indeks kebahagiaan masyarakat Jawa Timur. Pembangunan yang dilakukan, kata dia, tidak hanya menyasar wilayah perkotaan, namun juga hingga wilayah perdesaan. “Jadi, semua masyarakat Jatim bisa bahagia lahir dan batin,” pungkasnya. (*)





