BANYUWANGI (WartaTransparansi.com) – Pemerintah Provinsi Jawa Timur baru saja merelease bahwa di Jawa Timur saat ini tidak ada lagi desa tertinggal. Desa di Jawa Timur sudah serba kemajuan. Namun di balik itu tidak serta merta berlaku bagi Sugihartono dan Nur Halimah.
Untuk bisa sampai sekolah Sugihartono dan Nur Halimah harus melewati jalan terjal, berkelok dan beresiko tinggi. Berangkat sekolah harus melewati sungai besar dan lembah yang lumayan curam jalannya.
Mereka bersaudara murid di salah satu Sekolah Dasar yang berada di Dusun Sumberan, Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, kabupaten Banyuwangi.
Sugihartono duduk di bangku kelas 6 sedangkan Nur Halimah di kelas 4 mereka merupakan warga Dusun Sempu, Desa Gombolirang kecamatan kabat, penuh semangat dalam menempuh ilmu ke Sekolah meski jalan yang ia tempuh cukup membahayakan.
Seperti yang diutarakan Sama’un, salah satu tenaga pengajar tempat Sugi dan Nur belajar. Setiap harinya ke dua murid kami ya seperti ini mas, menyeberangi sungai dan melewati lembah yang lumayan naik turun jalan nya,” ucapnya.
Saya dan para guru lain itu khawatir kalau saat musim hujan, air sungai besar, pohon saja bisa terseret air. Harapan kita dan warga, semoga ada jalur penghubung antara dua Dusun ini mas,” imbuhnya.
Di sisi lain Koordinator Nasional Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA), Jenny Claudya Lumowa melalui Sekjend Nasional Veri Kurniawan S.ST turut buka suara atas hal tersebut.
Saya berharap Banyuwangi ini menjadi pelopor Kabupaten yang ramah anak dan benar – benar memperhatikan hak dan menjamin keberlangsungan pendidikan anak,” kata Veri panggilan akrabnya. Sabtu (21/08).
Masih menurut Veri, kalau Kornas TRC PPA sudah keliling Indonesia terutama di daerah pelosok atau terpencil sudah sering dilakukan. Saya berkeinginan agar para pegiat anak sama – sama lantang menyuarakan terkait hak dan jaminan keberlangsungan pendidikan anak, terutama bagi anak yang kurang mampu,” pungkasnya. (*)