Diberikan contoh misalnya realisasi pertumbuhan Singapura 14,3 persen, Uni Eropa 13,2 persen, Amerika Serikat 12,2 persen, China 7,9 persen, dan Hong Kong 7,5 persen. Namun, lebih tinggi dari Vietnam 6,6 persen dan Korea Selatan 5,9 persen.
Dan, Sarmuji optimis jika pengendalian Covid-19 ini makin membaik, InsyaAllah laju perekonomian akan makin kencang karena tingginya mobilitas. Sektor-sektor yang saat ini masih lesu seperti sektor pariwisata dan transportasi begitu ada pelonggaran lajunya akan cepat sekali. Dengan syarat kekebalan komunal harus segera terbentuk.
Situasi dan kondisi bernegara, berbangsa, dan beragama masih belum kondusif, bahkan cenderung terpuruk akibat dampak dari Covid-19, maka kepiawian pemerintah melakukan komunikasi sangat dibutuhkan.
Mengapa? Supaya jangan sampai terkesan bahwa dalam posisi “wong cilik terpukul, terpapar, dan terpuruk” justru pertumbuhan ekonomi mencapai angka 7.07. Apakah bukan menjadi pembenar bahwa keterpurukan bukanlah menjadi penghalang pertumbuhan ekonomi berkualitas.
Tetapi jika disampaikan dengan transparan dan rinci rigit mengapa pertumbuhan ekonomi di atas 7, dengan santun tanpa membanggakan. InsyaAllah akan menentramkan hati rakyat.
Mengingat, ekonomi masyarakat terpuruk ambruk di tengah masa pandemi Covid-19. Sehingga membutuhkan keseimbangan-keseimbangan.
Sebab pertumbuhan ekonomi 7,07 ketika bendera putih berkibar di mana-mana, ketika tren bunuh diri semakin terbiasa, ketika kalimat menyerah sudah membudaya. Maka membutuhkan sentuhan membangkitkan semangat.
Lantas bagaimana membangkitkan semangat, memulihkan keterpurukan, menjaga keseimbangan supaya kemajuan dan pertumbuhan ekonomi sekecil apapun, wong cilik melu gemuyu (orang kecil ikut senyum dan tertawa). Inilah tugas para pemimpin bersama seluruh kekuatan anak bangsa mewujudkan.