JAKARTA (WartaTransparansi.com) – Ketua DPR RI Puan Maharani terus mendorong pemerintah untuk mempercepat realisasi belanja anggaran penanganan Covid-19 (C19). Belanja tersebut salah satunya harus dipergunakan untuk perlindungan anak-anak Indonesia yang terdampak pandemi.
“Anak-anak adalah salah satu kelompok yang paling rentan dalam pandemi ini. Mulai dari mereka yang terinfeksi langsung, ditinggal wafat orangtua, sampai mereka yang belajarnya terganggu karena pandemi,” kata Puan terkait peringatan Hari Anak Nasional, Jumat (23/7/2021).
Kata politisi PDI-Perjuangan tersebut, pemerintah harus memberi perhatian khusus terhadap anak-anak lewat serapan anggaran yang dipergunakan untuk melindungi anak-anak Indonesia dari dampak C19.
“Perlindungan itu bisa dalam bentuk bantuan alat belajar online, santunan atau beasiswa bagi anak-anak yang ditinggal wafat orangtua mereka. Terlebih jika orangtua mereka adalah salah satu tenaga kesehatan yang gugur karena berjuang di garda terdepan menghadapi pandemi ini,” jelas Puan.
Secara khusus Puan memberi perhatian kepada Vino, anak berusia 10 tahun di Kampung Linggang Purworejo, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, yang kehilangan kedua orangtuanya karena C19. Vino yang sekarang duduk di kelas 3 SD, kini sedang menjalani isolasi mandiri karena juga terinfeksi.
“Begitu mendengar berita tersebut, sebagai seorang ibu yang punya dua anak, hati saya pilu mendegar anak sekecil Vino sudah yatim piatu. Dalam kondisi seperti ini, negara harus hadir menjamin segala kebutuhan Vino dan anak-anak Indonesia lain yang mengalami nasib serupa,” ujarnya.
Mantan Menko PMK ini melanjutkan, anggaran negara untuk penanganan C19 memang penting untuk digunakan penanggulangan masalah kesehatan dan ekonomi rakyat terdampak pandemi. Namun, katanya, belanja untuk perlindungan anak juga hal yang tak kalah penting.
“Berbicara anak-anak Indonesia hari ini adalah bicara nasib bangsa ke depan. Kalau anak-anak Indonesia hari ini banyak yang putus sekolah dan depresi karena pandemi dan menjadi yatim piatu, bangsa ini yang akan menerima dampaknya dua puluh atau tiga puluh tahun ke depan. Jangan sampai ada lost generation karena pendidikan anak-anak Indonesia hari ini terganggu akibat pendemi,” ujar Puan.
Alumnus Universitas Indonesia ini menjelaskan, perlidungan terhadap anak-anak Indonesia juga selalu ditekankan Bapak Bangsa Bung Karno di awal-awal berdirinya republik. Bahkan, kata Puan, sang proklamator sempat membuat puisi untuk anak-anak Indonesia.
“Jikalau aku melihat matanya rakyat Indonesia di pinggir jalan. Apalagi sinar matanya anak-anak kecil Indonesia. Aku sebenarnya melihat wajah Indonesia,” ujar Puan mengutip puisi ‘Aku Melihat Indonesia’ karya kakeknya tersebut.
Vaksin Anak di Bawah 12 Tahun
Sementara itu, Puan juga berharap segera ada vaksin untuk anak di bawah 12 tahun. Hal ini mengingat virus Corona, terlebih varian Delta, telah banyak menyerang anak-anak tanpa mengenal usia. Setidaknya sudah 775 anak Indonesia (1 persen) meninggal karena Covid-19, dengan rincian 0,5 persen usia 0-5 tahun, dan 0,5 persen lainnya usia 5-18 tahun.
“Kita bersyukur sekarang anak usia 12-17 tahun sudah bisa divaksin. Tentu kita berharap ke depan segera ada vaksin untuk anak-anak usia di bawahnya, karena varian Delta ini sudah banyak menginfeksi anak-anak tanpa mengenal usia,” kata Puan dalam keterangan persnya.
Data Satgas Covid-19 menyebutkan, per hari ini ada 12,8 persen anak Indonesia berusia 0-18 tahun terinfeksi Covid-19. Dengan kata lain 1 dari 8 orang yang terpapar virus Corona adalah anak-anak.
“Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan keselamatan anak-anak Indonesia,” ujar Puan.
Oleh karena itu, ia berharap segera ada vaksin Covid-19 untuk anak-anak Indonesia di bawah 12 tahun, terlebih sejumlah negara lain juga sudah memulainya.
Menurutnya, vaksin untuk anak tidak semata-mata menyangkut soal keselamatan anak, tetapi juga proses belajar anak ketika pembelajaran tatap muka diberlakukan di sekolah.
“Tentu kita tidak mau anak-anak kita di bangku SD (bawah 12 tahun), terkendala belajarnya karena belum ada vaksin untuk mereka,” ujarnya.
Puan melanjutkan, selama belum ada vaksin untuk anak-anak Indonesia di bawah 12 tahun, ia berharap para orang tua untuk melindungi buah hatinya dengan meningkatkan imunitas anak dan menjaga protokol kesehatan di lingkungan rumah.
Soal vaksinasi anak 12-17 tahun yang sudah berjalan, Puan juga meminta proses tersebut dipercepat, agar target vaksinasi 26,7 juta anak remaja bisa selesai akhir 2021 nanti.
“Di sinilah perlu peran orangtua agar turut membawa anak remajanya (12-17 tahun) saat mau divaksin. Kalau orangtuanya sudah duluan divaksin, agar menyempatkan waktu mendampingi anak-anaknya ke tempat vaksin.” ujar Puan.
Berdasarkan data Kemenkes per (21/7), dari 26,7 juta sasaran vaksin anak 12-17 tahun, yang mendapat dosis pertama baru 540.018 anak. Sementara pada pemberian dosis dua baru 37 anak. ***