Haji Yang Tertunda Bersama Nabi (5 Tamat

Haji Yang Tertunda Bersama Nabi (5 Tamat
Anwar Hudijono

Oleh Anwar Hudijono

Bersama 2.000 muslimin yang langsung dipimpin Nabi Muhammad SAW, kita menunaikan umrah qadla (umrah pengganti). Sebagai pengganti umrah/haji yang gagal tahun lalu. Berarti ini terjadi pada tahun 7 Hijrah.

Kita memasuki Mekah dengan leluasa. Quraisy hanya mengawasi kita dari Jabal Abu Qubais, gunung di samping Baitullah.

Labbaika .. labbaika.. .

Begitu suara kaum muslimin menggema seolah menggetarkan Baitullah. Bukit-bukit batu karang di sekelilingnya seolah mau runtuh. Bahkan langit pun seolah terguncang.

Kita mengikuti semua apa yang dilakukan Nabi. Manusia kekasih Allah ini menyelubungkan dan menyandangkan kain jubahnya di badan dengan membiarkan lengan kanan terbuka.

Kita mengikuti Nabi mengucap, “Allahumma irham imra’an arahum al-yauma min nafsihi quwwatan.” (Ya Allah berikanlah rahmat kepada orang yang hari ini telah memperlihatkan kemampuan dirinya).

Kita tetap mengikuti apapun tindakan Rasulullah. Menyentuh Hajar Aswad terus berlari-lari kecil keliling Ka’bah. Sesampai di rukun yamani (sudut selatan Ka’bah) Rasulullah menyentuhnya. Setelah tiga kali dengan lari-lari kecil selanjutnya dilakukan dengan jalan kaki biasa.

Semua dilakukan dengan khusyuk. Fokus. Penuh semangat. Air mata yang membanjir adalah air mata bahagia. Air mata syukur atas nikmat yang tiada tara.

Rumah syirik

Setelah selesai, kita baru menyadari bahwa Baitullah telah ternodai oleh kekafiran. Rumah Allah ini dijubeli berhala-berhala berupa patung-patung beraneka bentuk. Ada Latta, Uzza, Manat, Hubal, Na’ila, Isaf, dan sebagainya.

Kita semua menangis. Semua marah. Larut dalam ombak lautan emosi yang bergulung-gulung. Mengapa rumah tauhid jadi rumah syirik. Mengapa berhala-berhala Namrudz yang dulu dihancurkan Ibrahim kini malah memenuhi Masjidilharam. Pengikut Namrudz kini menjadikan Baitullah seperti kuil Babilon. Mereka bukan mengangungkan asmaul husna (nama-nama baik Allah) tetapi mereka mendendangkan nyanyian setan. Melolongkan mantra-mantra sihir.

Al Quran menjelaskan: “Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang dzalim”. (Quran: At Taubah 19).

Allah juga menegaskan di Quran: Al Anfal 34-35.
“Dan mengapa Allah tidak menghukum mereka padahal mereka menghalang-halangi (orang) untuk (mendatangi) Masjidilharam dan mereka bukankah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang yang berhak menguasai (nya) hanyalah orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

“Dan shalat mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan. Maka rasakan azab disebabkan kekafiranmu itu.”

Saking emosinya, Abdullah bin Ruwahah, seorang sahabat sejati Nabi, sampai mengucapkan kata yang emosional. Bisa memancing perang dengan Quraisy. Tapi secepatnya Umar meredam.

Kita melihat Rasul dengan sangat bijaksana dan penuh kasih mendekatinya Ibnu Ruwahah.

“Sabarlah, Ibnu Ruwahah. Atau ucapkan sajalah kalimat: La ilaha illa Allah wahdad, wanashara abdah, wa’a’azza jundah, wakhazhalal’-ah-zaba wahdah.” (Tiada tuhan selain Allah Yang Esa, yang telah menolong hamba-Nya, memperkuat tentara-Nya dan menghancurkan sendiri musuh yang bersekutu).

Kita semua bertekad akan mensucikan kembali Baitullah. Membersihkannya dari syirik. Hanya menjadikan sebagai tempat menyembah Allah. Yang mengelola Baitullah pun orang yang bertaqwa.

Fathul Mekah

Doa kita dikabulkan. Janji Allah adalah haq (benar). Allah tidak pernah menyalahi janji. Setahun kemudian kita datang dengan 10.000 orang yang siap perang. Jumlah pasukan yang tidak pernah dimiliki orang Arab sebelumnya. Mekah kita bebaskan. Baitullah kita sucikan. Dalam sejarah Islam disebut Fathul Mekah (Terbukanya Mekah).

Fathul Mekah sudah usai. Hati kita bergetar ketika mengingat dan merenungi ayat-ayat Quran surah At Taubah 19, An Anfal 34-35 di atas. Mungkin dulu Ibrahim, Ismail dan beberapa generasi setelahnya tidak pernah memperkirakan Baitullah akan jadi tempat menyembah berhala-berhala. Jatuh ke tangan pengelola kafir. Menjadi tempat tujuan bisnis semata sedang haji dan umrah hanya untuk sambilan.

Tapi entah sejak kapan Baituillah tertutup oleh kekafiran laksana matahari yang tertutup oleh malam yang gelap pekat. Entah siapa yang memulai pujian-pujian kalimah thayyibah berganti dengan nyanyian setan dan dengungan mantra-mantra sihir.

Setelah Fathul Mekah apakah mungkin kasus Baitullah tercemar terulang? Ka’bah tertutup kepalsuan? Tauhid dicampuri syirik, khurafat dan tahayul? Kembali dijubeli dengan berhala-berhala neo Latta, Uzza, Manat, Hubal, Isaf, Na’ila?

Miris. Kita bayangkan kelak jumlah umat Islam di dunia meningkat pesat. Kemampuan umrah dan haji semakin tinggi. Maka umrah dan haji akan menjadi pusat perputaran uang dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini bisa mengundang Qorun-Qorun untuk menjadikan bisnis yang potensial, obyek untuk membesarkan gunung rotinya.
Umrah dan haji digeser menjadi wisata. Aktivitas menyalurkan hedonisme. Alat pencitraan. Mengejar gelar kehormatan dunia. Mereka membawa “tuhan uang” ke dalam Baitullah. Mereka mengilahikan hawa nafsu menggantikan lillahi ta’ala (untuk Allah semata).