Oleh Anwar Hudijono (Penulis Wartawan Senior, tinggal di Sidoarjo)
Gagal melaksanakan haji adalah ujian terbesar. Kita merasa amat sangat berat sekali. Langkah kita dari Hudaibiya kembali ke Medinah tersendat-sendat seolah menyeret gunung. Nafas tersengal-sengal menanggung beban psikis yang sangat berat. Selaksa perasaan tak menentu beraduk-aduk dan mencengkeram.
Belum begitu jauh meninggalkan Hudaibiya, Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah.
“Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosa yang lalu dan yang akan datang, serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukimu ke jalan yang lurus. Dan agar Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).” (Quran: Al Fath 1-3).
Kita menjadi sangat bahagia. Hati berbunga-bunga. Sekarang kita yakin bahwa Perjanjian Hudaibiya adalah langkah benar Rasulullah. Strategi yang tidak tertandingi. Ini adalah tahap yang sangat penting dalam sejarah Islam.
Di antara kemenangan itu adalah Islam sudah diperhitungkan sebagai agama. Nabi berdiri sama tinggi dengan pemimpin Quraisy, tidak lagi dipandang sebagai pemberontak Quraisy. Islam leluasa berdakwah tanpa perlu khawatir diganggu Quraisy.
Kini sudah tidak ada lagi ancaman dari kawasan selatan Medinah. Selama ini Quraisy adalah ancaman terbesar di kawasan itu. Kini kaum muslimin bisa konsentrasi menghadapi musuh di sisi utara yaitu kaum Yahudi.
Permusuhan paling keras
Ya, Yahudi. Inilah musuh Islam terbesar sampai mereka kelak pasti dibinasakan oleh Allah di akhir jaman. Pasti.
“Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman, ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (Quran: Al Maidah 82).
Mereka dikalahkan Islam di Perang Ahzab (Sekutu) atau Perang Khandak tahun 4 Hijrah. Ditambah diusirnya dari Medinah beberapa kelompok Yahudi yaitu Banu Quraidza, Banu Nadzidr dan Banu Qainuga. Mereka diusir karena berkhianat hendak menusuk Islam dari dalam Medinah (peristiwa ini diabadikan di Quran surah Al Hasr). Yahudi kini menghimpun totalitas kekuatan di benteng Khaibar. Benteng termodern dan kuat.
Hanya sekitar dua pekan sepulang dari Hudaibiya, Nabi mengomando menyerbu Khaibar. Hanya mereka yang ikut ke Hudaibiya saja yang maju ke perang ditambah pasukan kavaleri. Tidak akan mendapat ghanimah atau pembagian pampasan perang. Ini benar-benar ujian, suka rela, sekaligus untuk menyalurkan semangat jihad yang masih berkobar di Hudaibiya.
Nabi memprioritaskan Yahudi karena mereka ini lebih kuat dari Quraisy karena mereka memiliki landasan agama. Mereka lebih cerdas. Mereka sangat mungkin akan membentuk konspirasi atau persekutuan jahat dengan penguasa Kristen Romawi, Kisra dari Persia dan kelompok-kelompok anti Islam yang lain.
Sebelumnya Yahudi bersekutu dengan Quraisy di perang Ahzab. Yahudi memang memiliki tabiat konspirasi dalam memusuhi Islam. (Monggo pelajari/ngaji Quran surah Al Maidah 51-83).
Memang tidak semua kaum Yahudi jahat, fasik, dhalim, kafir. Tetapi jumlah yang orang yang baik sangat sedikit sekali. “Dan mereka berkata bahwa hati kami telah tertutup. Tidak! Allah telah melaknat mereka itu karena keingkaran mereka. Tetapi sedikit sekali mereka yang beriman.” (Quran: Al Baqarah 88).
Sindiran Nabi Ya’kub
Sebenarnya bukan hanya Nabi Muhammad dan Islam yang dimusuhi. Semua Nabi dimusuhi, bahkan ada yang dibunuh. Mereka membohongi ayahnya yaitu Nabi Ya’kub. Mereka menganggap Nabi Ya’kub lemah akal. Menyumpahi ayahnya yang meski sudah tahu seorang Nabi.
“Mereka berkata, “Demi Allah, engkau tidak henti-hentinya mengingat Yusuf, sehingga engkau (mengidap penyakit) berat atau engkau termasuk orang-orang yang akan binasa.”