Kamis, 30 November 2023
29 C
Surabaya
More
    OpiniTajukDua Pahlawan dari Jawa Timur untuk Indonesia
    Oleh : Djoko Tetuko, Pemimpin Redaksi Wartatransparansi

    Dua Pahlawan dari Jawa Timur untuk Indonesia

     

    Peristiwa bersejarah secara kebetulan dalam masa hampir sama, dengan magnit sangat luar biasa, dengan daya panggil seluruh nusantara, dengan kesadaran berbangsa dan bernegara menjadi semakin bermarwah.

    20 Mei 2021, peringatan 113 tahun Hari Kebangkitan Nasional ketika dr Soetomo mendirikan Boedi Oetoemoe, walaupun pada akhir perjuangan ditinggalkan dengan menyusun strategi pergerakan baru.

    Pergerakan melalui surat kabar dan majalah dengan menyatu organisasi pemersatu ide kebangsaan untuk nasionalisme dan mewujudkan kemerdekaan.

    Bertepatan dengan tanggal 7 Syawal 1442 H, hari pertama Hari Raya Ketupat (Kaffah/sempurna, Arab), karena umat Islam setelah puasa 1 bulan Ramadhan ditambah puasa sunnah 6 Syawal, maka sempurna seperti puasa 1 tahun penuh. Sehingga hidup selama 1 tahun diibaratkan sempurna dengan mengabdi berpuasa

    80 tahun silam ketika Presiden RI pertama Soekarno memohon fatwa berbau ide nasionalisme untuk mewujudkan kebersamaan dalam membangun bangsa dan negara, menyatu kebersamaan dalam persatuan Indonesia, walaupun masih begitu tajam perbedaan antar tokoh politik dan tokoh kebangsaan.

    Adalah KH Abdul Wahab Hasbulloh, kiai kharismatik salah satu pendiri Nahdlatul Ulama mencetuskan “Halal Bihalal” (menghalalkan pertemuan tokoh nasional lintas agama dan lintas apapun untuk saling memanfaatkan dan merajut kebersamaan).

    Dr. Soetomo atau Soebroto (lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888 – meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 30 Mei 1938 pada umur 49 tahun ) adalah tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia. Soebroto mengganti namanya menjadi Soetomo saat masuk ke sekolah menengah

    Pada tahun 1903, Soetomo menempuh pendidikan kedokteran di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen, Batavia. Bersama kawan-kawan dari STOVIA inilah Soetomo mendirikan perkumpulan yang bernama Budi Utomo, pada tahun 1908. Setelah lulus pada tahun 1911, ia bekerja sebagai dokter pemerintah di berbagai daerah di Jawa dan Sumatra. Pada tahun 1917, Soetomo menikah dengan seorang perawat Belanda.

    Pada tahun 1919 sampai 1923, Soetomo mendapatkan beasiswa dan menlanjutkan studi spesialis kedokteran di Universitas Amsterdam. Selama kuliah, Soetomo ikut berkegiatan di Indische Vereeniging. Soetomo juga sempat dipilih menjadi ketua Indische Vereeniging periode 1921–1922.

    Pada tahun 1923, Soetomo kembali ke Indonesia dan menjadi pengajar di Nederlandsch Artsen School (NIAS).

    Pada tahun 1924, Soetomo mendirikan Indonesian Study Club (dalam bahasa Belanda Indonesische Studie Club atau Kelompok Studi Indonesia) di Surabaya.

    Pada tahun 1930, Indonesische Studie Club mengubah namanya jadi mendirikan Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935, mendirikan Parindra (Partai Indonesia Raya).

    Memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-113, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama jajaran pejabat Polda Jawa Timur dan Kodam V Brawijaya berziarah ke makam dr Soetomo, di area Gedung Nasional Indonesia (GNI),Jalan Bubutan Surabaya, Kamis (20/5/2021).

    Seperti diketahui, dr Soetomo adalah salah satu pendiri organisasi Budi Utomo ini merupakan tonggak kebangkitan pemuda Indonesia untuk turut andil dalam merenggut kemerdekaan.Terlebih saat muda, Soetomo aktif dalam pergerakan dan pemikirannya yang kritis dalam membangkitkan semangat perjuangan anak muda kala itu.

    K.H. Abdul Wahab Hasbullah (lahir di Jombang, 31 Maret 1888 – meninggal 29 Desember 1971 pada umur 83 tahun) adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang berpandangan modern, dakwahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 7 November 2014.

    KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama yang berpandangan modern, dakwahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama.

    KH. Abdul Wahab Hasbullah merupakan bapak Pendiri NU Selain itu juga pernah menjadi Panglima Laskar Mujahidin (Hizbullah) ketika melawan penjajah Jepang. Ia juga tercatat sebagai anggota DPA bersama Ki Hajar Dewantoro. Tahun 1914 mendirikan kursus bernama “Tashwirul Afkar”.

    Tahun 1916 mendirikan Organisasi Pemuda Islam bernama Nahdlatul Wathan, kemudian pada 1926 menjadi Ketua Tim Komite Hijaz. KH. Abdul Wahab Hasbullah juga seorang pencetus dasar-dasar kepemimpinan dalam organisasi NU dengan adanya dua badan, Syuriyah dan Tanfidziyah sebagai usaha pemersatu kalangan Tua dengan Muda.

    KH. A. Wahab Hasbullah adalah pelopor kebebasan berpikir di kalangan Umat Islam Indonesia, khususnya di lingkungan nahdhiyyin. KH. A. Wahab Hasbullah merupakan seorang ulama besar Indonesia. Ia merupakan seorang ulama yang menekankan pentingnya kebebasan dalam keberagamaan terutama kebebasan berpikir dan berpendapat. Untuk itu kyai Abdul Wahab Hasbullah membentuk kelompok diskusi Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran) di Surabaya pada 1914.

    Dua tokoh pergerakan dari Nganjuk dan Jombang Jawa Timur, telah memberikan secara totalitas kecerdasan berpikir, keteguhan berjuang, kehebatan memberikan semangat dan memberikan ruang kemerdekaan dalam banyak hal. Semua untuk satu tujuan Indonesia, sejahtera, berkeadilan, dan makmur. Dari Jawa Timur untuk Indonesia.

    Kini kedua pahlawan nasional itu tinggal simbol perjuangan, dan pada masa pandemi Covid-19 dunia, Indonesia butuh bangkit dan segera memulihkan roda ekonomi nasional. Mari belajar dari semangat dan keikhlasan perjuangan kedua tokoh pers, tokoh pergerakan, pahlawan nasional dan masih banyak tetenger perjuangan lainnya.

    Semangat kebangkitan dr Soetomo masih terus menggema di setiap momen membutuhkan sebuah kebangkitan. Forum “Halal Bihalal” dan kebebasan berpikir KH Abdul Wahab Hasbullah sudah menjadi budaya berbangsa dan bernegara dalam menjaga persatuan nasional. Menjaga cita-cita bersama masyarakat makmur dan sejahtera berkeadilan. Tidak mudah memang ikhlas mencurahkan secara totalitas untuk anak bangsa seperti kedua pahlawan ini. Semoga Hari Kebangkitan Nasional bersama dengan gaung Halal Bihalal, memberi inspirasi kebangkitan secara sungguh-sungguh.

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan