Ramadan, Investasi Menggiurkan Yang Sering Terabaikan

Ramadan, Investasi Menggiurkan Yang Sering Terabaikan
H.S. Makin Rahmat, SH,MH

Tentunya, ladang subur yang bertabur emas dan berlian ini tak patut dibiarkan kering kerontang dan menjadi gersang.

Sepatutnya, ibadah puasa menjadi bagian tidak terpisahkan berupaya meneladani (menyuburkan) sifat Allah sesuai kemampuan kita sebagai manusia.

Allah tidak makan, minum, dan juga tidak memiliki pasangan. Maka di siang hari sebagai bukti kepatuhan dan ketaatan kita, berusaha dengan sekuat tenaga tidak makan dan minum walaupun kita mempunyai hak, termasuk kepada istri kita.
Singkatnya, sebagai seorang muslim dalam menjalankan puasanya harus totalitas (sesuai dengan kemampuannya). Contoh sederhana, Allah mempunya sifat Pengasih (Kasih), maka menjadi tuntunan kita untuk menaburkan kasih kepada sesama makhluk Allah. Allah juga memiliki sifat, Maha Pengampun dan Pemaaf, maka sesuatu yang dahsyat bila kita juga memberikan pengampunan dan pemaafan kepada siapa yg bersalah.

Mari kita memahami secara utuh dari kekuasaan Allah, baik dalam wujud ayat-ayat qauliyah (wahyu dan firman) maupun ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda alam dan sekitar kita) untuk menjadi wasilah (penghubung) bagi manusia merenungi sekaligus memanivestasikan sifat-sifat Allah dalam prilaku keseharian.

Takaran apa yang bisa dijadikan pedoman, pasca Ramadan agar diri dan jiwa kita tetap dalam radar Allah SWT? Kompetensi guna mengukur kadar dari perjalanan ruhani Ramadan, setidaknya terungkap dalam firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 132-134.

Intinya, keteguhan untuk selalu taat kepada Allah dan Rasulnya menjadi pintu pembuka keberutunngan. Menjadi orang bejo. Langkah berikutnya, membuka cakrawala hati kita untuk segera merapat ke sinyal ampunan kepada Dzat Pengampun yang telah memberikan karunia pencipataan bumi-langit dan seisinya untuk hambaNya yang bertakwa.

Siapa hamba Allah yang masuk kategori bertakwa? Yaitu yang memiliki jiwa derma (loman) dalam keadaan lapang maupun sempit. Kemudian, memiliki kemampuan mengendalikan diri dan tidak terlarut dalam hawa nafsu dan kecerobohan. Kunci penutup, membuka pintu maaf bagi manusia (hablun minannas).

Kalau rentetan hidup kita telah menginventasikan harta benda, jiwa dan prilaku dalam totalitas maka tanpa susah payah, kita mampu mendepositokan kehidupan yang sangat menguntungkan di dunia dan diakhirat.

Sebagaimana doa baginda Rasulullah, di akhir bulan Ramadan: “Yaa Allah! Janganlah Engkau jadikan puasa ini sebagai puasa yang terakhir dalam hidupku. Seandainya Engkau menetapkan sebaliknya, maka jadikanlah puasaku ini sebagai puasa yang dirahmati, bukan puasa yang sia-sia.”

“Seandainya masih ada padaku dosa yang belum Engkau ampuni atau dosa yang menyebabkan aku disiksa karenanya, sehingga terbitnya fajar malam ini atau sehingga berlalunya bulan ini, maka ampunilah semuanya wahai Dzat Yang Paling Pengasih dari semua yang mengasihi.”

“Yaa Allah! Terimalah puasaku dengan se-baik² penerimaan, perkenan, kemaafan, kemurahan, pengampunan dan keridhoan-Mu. Sehingga Engkau memenangkan aku dengan segala kebaikan, segala anugerah yang Engkau curahkan di bulan ini.”

“Selamatkanlah aku dari bencana yang mengancam atau dosa yang berterusan. Demikian juga, dengan rahmat-Mu masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan (keutamaan) di Lailatul-Qadar. Malam yang telah Engkau tetapkan lebih baik dari seribu bulan.”

“Semoga perpisahanku dengan bulan Ramadan ini bukanlah perpisahan untuk selamanya dan bukan juga pertemuan terakhirku. Semoga aku dapat kembali bertemu dgn Ramadan mendatang dalam keadaan penuh harapan dan kesejahteraan.” Aamiin ya rabbal ‘alamiin. (*)

*) Penulis asalah Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Jawa Timur