SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Digelindingkannya nama Airlangga Hartarto dan Khofifah Indar Parawansa sebagai pasangan Capres-Cawapres oleh DPD Partai Golkar Jawa Timut untuk pemilihan tahun 2024 mendatang juga mendapat sambutan positif dari pengamat politik Agus Mahfud Fauzi.
Agus yang sehari-hari sebagai dosen Sosiologi Politik Uiversitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut menilai usulan dari Ketua DPD Partai Golkar Jatim Sarmuji untuk memasangkan Ketua Partai Golkar itu dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah merupakan gagasan jitu.
Bahkan bisa disebut sebagai strategi pancingan melemparkan sesuatu kepada masyarakat khususnya pemilih, ungkap Agus Mahfud Fauzi dalam dialog politik Golkar JatimTV yang dipandu Pranaya Yudha Mahardika, Sabtu.
“Saya menilai untuk sebuah usulan bisa dari atas maupun dari bawah. Dari bawah atau buttom up justru lebih baik seperti yang dilakukan Golkar Jawa Timur. Tinggal bagaimana nanti rakyat atau publik meresponsnya. Demikian juga partai lain.
Terkadang, rakyat sendiri belum tahu jika tidak ada sebuah usulan. Dan, Golkar Jatim saat ini sudah mendahuluinya,” papar Agus yang juga menjabat sebagai Ketua Pusat Kajian Perubahan Sosial Media Baru dan menjadi Editor and Chief The Journal of Society and Media.
Sebuah gagasan seperti disampaikan Golkar Jatim diharapkan menjadi efek positif untuk pendidikan politik. Meskipun waktunya masih sangat jauh dengan pemilihan.
Hanya saja, lanjut dia, untuk menjadi seorang Capres-Cawapres yang dikehendaki atau diinginkan, tentu keduanya harus memiliki kemampuan seperti ditunjukkan oleh Jokowi, presiden RI yang mampu mendapat kepercayaan rakyat. Sehingga muncul istilah Jokowi adalah Kita.
Airlangga Hartarto sebagai Capres harus bisa berbuat seperti ketika Jokowi menjadi buah bibir dengan memunculkan nama mobil ESEMKA yang dikagumi.
“Tentunya Pak Airlangga Hartarto harus bisa membuat ide cerdas lainnya yang membuat dirinya terus diingat oleh rakyat. Apalagi sebagai salah satu Menteri Koordinator di Kabinet Jokowi, kualitasnya tidak perlu diragukan,” ujar Agus.
Demikian juga ketika nama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dimunculkan sebagai pendamping Arlangga sebagai Cawapres, orang nomor satu di Jatim itu juga harus memberikan bukti sebagai tokoh atau emak-emak handal yang memiliki kemampuan. Meskipun dari segi sosok, gubernur perempuan di Jatim itu juga sudah tidak diragukan ketokohannya secara nasional.
Sebelum menjadi Gubernur Jatim, dia pernah menjad Menteri Sosial yang memunculkan nama PKH atau Program Keluarga Harapan. Program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga miskin (KM) yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat.
“PKH yang diluncurkan ini merupakan ide dari Khofifah untuk keluarga yang masuk kategori miskin bisa menerima bantuan tunai dari pemerintah. Itu juga membuktikan Khofifah diakui secara nasional,” ujarnya.
Agar layak menjadi Cawapres, Khofifah masih harus berjuang bagaimana dirinya yang merupakan sosok perempuan bukan hanya menjadi miliki Jatim, tetapi mampu menjadi gubernur lebih bagus dibandingkan gubernur daerah lain dan menjadikan Jatim sebagai kiblat nasional.
Misalnya, Khofifah yang juga Ketua Muslimat NU ini bisa malakukan program dengan membentuk budaya pesantren di Jatim yang disenangi oleh masyarakat. Karena memiliki inovasi dan kemampuan sebagai tempat yang tidak membosankan.
Sebaliknya, sangat disukai karena ada wisata dan tempatnya yang menyenangkan, terutama bagi kaum milenial yang dibidik nantinya. (sr/min)