MASA pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) tidak memutuskan tali silaturrahmi, sebagaimana pada hari ke-17 puasa bulan suci Ramadhan, SIG (PT Semen Indonesia –Persero– TBK.) menggelar acara ngabuburit dengan jurnalis di Jatim, Jateng, dan Jakarta.
Kamis (29/4/2021) melalui zoom virtual menghadirkan jajaran manejemen SIG dengan perwakilan wartawan dan 164 jurnalis.
Menyampaikan sambutan sekaligus membuka acara menunggu buka bersama itu, Heri Yunus (Chief of Staff & Coorporate Secretary SIG).
Menurut Heri Yunus, bahwa kerja sama SIG bersama wartawan karena dari bebagai program berkaitan dengan produk maupun menyapa warga untuk kegiatan sosial, membutuhkan wartawan untuk mengababarkan.
Hal ini juga disampaikan
Vita Mahreyni (Coorporate Secretary SIG), sekaligus menyapa para jurnalis dengan tetap menjaga silaturrahmi. Dan saling mengisi.
Perwakilan wartawan Djoko Tetuko (Jatim), Amir Mahmud (Jateng) dan Jose Asmanu (Jakarta), intinya menyambut baik dan memberikan apresiasi atas acara ngabuburit SIG bersama jurnalis.
Amir Mahmud menekankan penting komunikasi berkelanjutan, Jose Asmanu menggambarkan kegiatan sosial dan usaha SIG berbagi kepada masyarakat sekitar tempat industri, dan Djoko Tetuko memfokuskan pada silaturahmi di bulan suci Ramadhan akan mempererat tali siluatrrahmi, walaupun pada masa pandemi.
Ustad Taufiqqurahman saat memberikan ceramah agama, mempertegas dengan menyitir surat Al Hujurat (ayat 6)
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu”.
Diketahui, tafsir secara ringkas dari Kemenag RI menegaskan. Bahwa “Sekiranya mereka bersabar, yakni tidak memanggil-manggil namamu sampai engkau keluar dari kamarmu untuk menemui mereka, tentu akan lebih baik bagi mereka di sisi Allah. Dan itu tidak dilakukan oleh mereka, namun Allah tidak menyiksa mereka. Allah Maha Pengampun bagi siapa yang bertobat, Maha Penyayang kepada hamba-Nya yang taat”.
Berkaitan dengan ayat ini terdapat riwayat bahwa sekelompok rombongan Bani Tamim datang untuk menemui Nabi dan mereka memanggil-manggil dari luar kamarnya, “Hai Muhammad, keluarlah untuk menemui kami.” Nabi dengan berat hati menemui mereka, padahal ketika itu beliau sedang beristirahat. Ayat ini mengecam sikap mereka yang berlaku tidak sopan kepada Rasulullah.
Padahal, sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya.
Ayat di atas sebagaimana penegasan soal berita tidak benar dan cara konfirmasi berita harus punya etika, mengikuti kode etik jurnalistik sebagaimana kesepakatan wartawan dalam menetapkan KEJ itu. Sebab, pengaruh akibat berita tidak kompeten dan cara konfirmasi kurang beretika juga akan berakibat buruk bagi media serta jurnalisnya.
Mengapa? Karena kode etik jurnalistik adalah bagian dari usaha wartawan melanjutkan tugas kenabian Rasulullah Muhammad SAW, “Sesunggunya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia (menuju akhlak mulia)”.
Inilah rangkaian acara sederhana karena dibungus dengan materi introspeksi terkait kinerja wartawan, maka membuahkan kontemplasi bahwa kinerja selama tidak pernah berhenti menyampaikan kebenaran, mengkonfirmasi dengan beretika, mengkritik secara konstruktif.
Ngabuburit zoom virtual mampu merekatkan silaturrahmi, juga memantik introspeksi pada wartawan dan narasumber saling menjaga etika serta terus menyuarakan dan memberitakan kebenaran di atas segala-galanya. (Djoko Tetuko/BBS)