Rabu, 17 April 2024
27 C
Surabaya
More
    OpiniPojok TransparansiVaksin dan Khubbul Wathon

    Vaksin dan Khubbul Wathon

    Oleh : HM. Zahrul Azhar As’ad, Sip, Mkes.

    Masih tentang vaksin, Ramadhan kali ini seperti bulan menuju “masa penyembuhan” setelah sebagian belahan dunia didera sakit berbulan bulan, berbagai ikhtiar fisik sudah optimal dilakukan dan sekarang saat yang tepat kita genjot pula ikhtiar spritual di bulan yang mulia ini , sesuai dengan hadis tentang terijabahnya doa orang orang yang berpuasa hingga ia berbuka.

    Vaksin adalah ikhtiar yang telah disepakati para Ahli dan pemerintah sebagai ulil amri di negeri ini, dalam setiap ikhtiar pasti ada “masalah sertaan” yang pasti akan menjadi hambatan hambatan seperti halnya cobaan bagi orang yang sedang naik tingkat.

    Salah satu ujian dari ikhtiar ini adalah tentang keputusan pemilihan merek atau brand yang akan digunakan secara masal , pasti harapan pemerintah adalah tingkat efikasi dan Efektivtas yang tinggi sehingga berdampak optimal pada penurunan kasus covid yang signifikan di negeri ini. Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah untuk memasifkan gerakan ini, mulai dari “iming iming “ tidak perlu lagi test antigen atau sejenisnya bagi siapapun yang sudah tervaksin, bahkan vaksin akan dijadikan syarat bagi para calon jamaah haji dan umroh, namun kabar terkini pemerintah Arab Saudi justru tidak mengakui merek sinovac Karena belum mengantongi Emergency Used Listing (EUL) resmi WHO, Berdasarkan data terbaru WHO, baru ada empat vaksin yang mendapat EUL: Pfizer, AstraZeneca produksi Korea Selatan, AstraZeneca produksi India, serta Johnson & Johnson. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah untuk meyakinkan publi tentang “kemanjuran” vaksin yang sudah di beli dengan jumlah banyak dan sudah tervaksin kepada sebagian masyarakat Indonesia.

    Selain sinovac pemerintah juga sudah memutuskan untuk menggunakan vaksin dari astrazenca , AstraZeneca plc adalah perusahaan farmasi dan bioteknologi multinasional Inggris-Swedia dengan kantor pusatnya di Cambridge Biomedical Campus di Cambridge, Inggris. [5] Ini memiliki portofolio produk untuk penyakit utama di berbagai bidang termasuk onkologi, kardiovaskular, gastrointestinal, infeksi, saraf, pernapasan, dan pembengkakan. Penulis sudah lama menggunakan produk dari astrazeneca untuk penyembuhan gastritis akut dengan merek nexium namun mendadak makin terkenal setelah terlibat dalam proyek vaksin covid 19 ini, perjalanan vaksin ini pun tidak mulus , selain sama sama belum masuk dalam EUL dari WHIO vaksin ini juga sempat meramaikan jagat Indonesia berkaiatan “kandungan” babi yang “dilibatkan” dalam proses pembuatannya, walau pun sudah difatwakan Boleh digunakan oleh otoritas keagamaan Islam di Indonesia / MUI .

    Kini yang masih hangat adalah adanya vaksin nusantara yang diklaim “paling Indonesia” daripada merek merek yang lain , issue nasionalisme menjadi bumbu penyedap yang disajikan dalam scene ini, tentunya berdampak pada bias nya cara pandang dan Obyektifitas dalam memandang masalah ini , sesuatu yang seharusnya dilihat dengan kacamata ahli oleh Profesional Group dengan otoritas keilmuan tertentu kini beradu dengan penilaian Interest Group yang tidak memiliki otoritas keilmuan dan hanya sebatas pada “interest” yang kadang ke utara dan kadang kekiri.

    Rasa Nasionalisme atau hubbul wathon mestinya tidak dibenturkan Dengan karya keilmuan yang terukur, tentu tidak lah bijak ketika kita mempertaruhkan nyawa anak bangsa dengan issue issue nasionalisme. Saya tidak tertarik untuk membahas tentang kadar nasionalisme dari vaksin nusantara ini selain namanya : nusantara, yang sangat Indonesia, karena saya belum tahu apakah Isolat ( bahan ) nya dan mayoritas penelitinya asli dri Indonesia sehingga layak diklaim sebagai “produk Indonesia” .

    Di bulan yang suci ini adalah saat yang tepat untuk bermuhasabah dan memurnikan niat kita untuk turut serta bersama ulil amri menyelesaikan masalah yang belum kunjung usai ini dengan bertindak secara proporsional kapan kita harus menggunakan kacamata ahli dan kapan kita harus menggunakan kacamata kepentingan, apalagi dengan kacamata politik yang melik melik.

    Dibulan suci inilah saat yang tepat kita berdoa semaksimal mungkin sebagaimana hadis nabi Muhamad SAW :
    ﺛﻼﺙ ﻻ ﺗﺮﺩ ﺩﻋﻮﺗﻬﻢ ﺍﻟﺼﺎﺋﻢ ﺣﺘﻰ ﻳﻔﻄﺮ ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻌﺎﺩﻝ ﻭ ﺍﻟﻤﻈﻠﻮﻡ

    ‘”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa hingga berbuka, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzhalimi.”

    Semoga kita menjadi bagian dari orang orang yang bisa memberikan manfaat bagi kemanusiaan dengan cara berbangsa yang mecerahkan dan beragama yang menyejukkan. (*)

    Penulis adalah :

    • Wakil ketua ISNU Jawa Timur
    • Wakil Rektor Unipdu Jombang

    Penulis : Zahrul Azhar As'ad (Gus Hans)

    Sumber : WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan