Surabaya, (Wartatransparansi) – Pelaksanaan haul dengan membaca surat Yasin dan tahlil, juga bersyukur dengan bersodaqoh ialah amalan untuk menghormati orangtua yang sudah wafat (meninggal dunia).
“Haul salah satu perbuatan yang paling utama.
Nabi Muhammad SAW beranda; “hormatilah orang orangtuamu yang sudah wafat, pasti kamu akan dihormati anak cucu ketika masih hidup maupun setelah wafat,” kata KH Husien Ilyas dari Mojokerto.
Haul, menurut kiai, kharismatik itu tidak tiba-tiba begitu saja dilaksanakan, tetapi ada kisah pada kitab Riyadul Roiyaqin bahwa ada kisah seorang anak setelah orang tuanya wafat, pada hari ke-3, ke-7, dan ke-40, sampai ke-100 harinya didatangi orangtua tua menawarkan hadiah uang dinar.
“Sehingga Haul itu aslinya memang ada 3 hari, 7 hari, 40 hari 100 hari, pendek (1 tahun) dan 1000 hari, sesuai dengan pengalaman pemberian hadiah kepada orang yang hidup ketika memberikan sadaqoh dan berdoa untuk orangtuanya yang wafat.
Abu Salamah Al-Qoiyubi pada kitab Riyadul Roiyaqin menerangkan bahwa jangan sampai anak sholeh tidak mendoakan orangtuanya yang sudah wafat.
“Karena doa itu diterima dan tidak pernah putus sebagai catatan amalan orang yang sudah wafat,” ujar Kiai Husien Ilyas, Selasa malam (30/3/2021)
Ceramah agama KH Husien Ilyas pada Haul Akbar dan Harlah Masjid Al-Hidayah Celep ke-42 menandaskan bahwa anak-anak sholeh jangan sampai tidak mendoakan orangtuanya, karena ditunggu-tunggu yang wafat.
Ada kisah 5 anak sholeh, waktu itu setia saling bergiliran menunggu dengan Istiqomah orangtuanya yang sudah sakit cukup parah atau berat.
Anak yang paling tua , lanjut kiai, mengusulkan minta salah satu yang menunggu sampai wafat akan diberi hak mengambil seluruh harta orangtuanya.
Tetapi, anak yang paing kecil dan mudah, berpendapat mau menunggu sampai wafat tetapi tidak mau menerima harta warisan itu.
Setelah orangtuanya wafat, usia mengaji 3 harinya, (diberi dinar 1000) belakang rumah sebelah kiri. Tetapi ditolak kalau tidak barokah.