banner 728x90

Songsong 1 Abad, NU Sidoarjo Undang Mantan Pimpinan Teroris, PBNU dan Rektor UINSA Bahas Intoleran, Radikalisme dan Terorisme

Songsong 1 Abad, NU Sidoarjo Undang Mantan Pimpinan Teroris, PBNU dan Rektor UINSA Bahas Intoleran, Radikalisme dan Terorisme
Nashir Abbas saat menerima Songkok dari Ketua PCNU Sidoarjo

Nashir tidak menampik, keberadaan NU mampu menjadi penyeimbang dan benteng dalam melawan gerakan intoleran, radikalisme dan terorisme yang menganggap Negara sebagai penguasa dlolim dan thogut.

“Ketegasan NU dalam berjihad sesuai resolusi dari Hasyim Asy’ari sangat bertolak belakang dengan jaringan terorisme yang gampang menyalahkan orang atau kelompok. Keutuhan NU dalam memandang Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 45 dan NKRI Harga Mati, merupakan empat pilar yang sangat ampuh dalam meredam terorisme,” tandasnya.

Pertanyaan dari KH. Abdul Wahid Harun, Wakil Syuriyah PCNU tentang sumber dana JI atau kelompok radikal yang ada di Indonesia, Nashir Abbas menyebut, secara internal, para simpatisan dan anggota mengumpulkan dari sumbangnan dan iuran. Ada juga bantuan dari luar negeri yang punya tujuan merusak sendi-sendi persatuan Negara.

“Jaringan terorisme, menggunakan kaleng infaq yang dititipkan di warung-warung. Tapi tidak semuanya. Karena masih ada yang digunakan untuk hal yang baik,” tegasnya.

Sementara Ketua PCNU Sidoarjo, KH Maskun, MHi, mengaku pihaknya sengaja mendatangkan pelaku aksi terorisme yang sudah bertaubat untuk mempelajari strategi maupun cara doktrin bagi generasi penerus agar semakin mencintai NKRI. Baginya, dalam menyongsong satu abad NU, masalah ini yang sering melibatkan NU sebagai ajang pembicaraan. Baik soal isu intoleran, radikalisme dan terorisme.

“Dalam urusan itu, NU selalu ada di garda terdepan untuk memberantas gerakan yang tidak sesuai dengan nilai agama dan kebangsaan. Dari seminar ini kami baru menyadari sumber gerakan radikal itu ada di sekeliling kita. Mereka menggunakan kaleng-kaleng sumbangan yang tidak jelas. Kalau yang paling aman untuk berinfaq adalah kaleng-kaleng yang ada tulisan NU Care atau Laziznu,” pungkasnya.

Usai seminar, Rais Syuriyah KH. Ahmad Rofiq Siroj sempat dialog dengan mantan pentolan JI, Nashir Abbas, mengenai orang-orang yang mengaku ahlul bait tapi belum mampu menjaga lisannya. Mereka sepakat, bahwa kecongkakan, kesombongan dan tidak mampu menjaga lisan bagian dari kurang cerdas dalam mensikapi sebagai seorang ulama. (mat)