banner 728x90

Songsong 1 Abad, NU Sidoarjo Undang Mantan Pimpinan Teroris, PBNU dan Rektor UINSA Bahas Intoleran, Radikalisme dan Terorisme

Songsong 1 Abad, NU Sidoarjo Undang Mantan Pimpinan Teroris, PBNU dan Rektor UINSA Bahas Intoleran, Radikalisme dan Terorisme
Nashir Abbas saat menerima Songkok dari Ketua PCNU Sidoarjo

SIDOARJO (WartaTransparansi.Com) – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo punya hajat luar biasa dalam mensikapi Khidmah Nahdlatul Ulama (NU) menjelang 1 Abad, dalam bingkai “Menyebarkan Aswaja dan Meneguhkan Komitmen Kebangsaan”.

Jajaran pimpinan PCNU Sidoarjo, mempersiapkan SDM tahan banting, dengan menggelar seminar Nasional bertema: “Mewaspadai Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme dalam Kerangka Membangun Kejayaan NU-NKRI” Ahad (31/1/2021) dengan menghadirkan Sekjen PBNU Dr. H. Helmy Faishal Zaini, Rektor UINSA Surabaya Prof. Masdar Hilmy, MA, PhD. Dan keynote speaker mantan pimpinan Jemaah Islamiyah (JI) Nashir Abbas.

Kegiatan di kantor lantai 3 PCNU Sidoarjo dengan menerapkan Prokes Covid-19 ini, berlangsung menarik. Selain mengupas tuntas, jaringan JI diulas Nashir Abbas, PCNU melakukan launching dan apresiasi 9 buku karya kader NU Sidoarjo, bagian dari pendalaman, pemahaman dan pengabdian faham Ahlu Sunnah wal Jamaah An-Nahdliyah.

Menurut Nashir Abbas yang pernah sealiran dengan Abu Bakar Ba’asyir, gerakan intoleran, radikalisme dan terorisme disebabkan kurang pemahaman soal keagamaan, pengalihan dokrin dan gampang menyalahkan kelompok lain, dengan anggapan, perilaku perilaku yang tidak sesuai dengan keyakinannya itu disebut bid’ah dan kafir.

“Pimpinan JI itu punya kelihaian menanamkan mainset untuk berjuang dan Negara dianggap musuh. Awalnya bermula dari sifat dan sikap intoleran. Lama-kelamaan menjadi radikalis, kemudian lakukan aksi terorisme. Tahapan itu yang harus diwaspadai,” ubar Nasir Abbas kepada WartaTransparansi.Com group Siberindo.Co, kemarin.

Lanjut Nashir Abbas, untuk menangkal gerakan intoleran, radikalisme dan terorisme melalui pemberian edukasi sejak dini. Baginya, edukasi sejak mulai anak-anak sangatlah penting. Hal ini, agar mereka menghargai perbedaan pendapat, menghargai beda keyakinan dan agama serta menanamkan toleransi agar saling menghormati.

“Saya dulu, masih muda sudah berani menyalahkan orang. Menuding mereka bid’ah, masuk neraka. Setelah, belajar dan memahami agama lebih mendalam, ternyata banyak hujjah dan dalil, mengapa ada perbedaan. Jadi, pemberian edukasi untuk memahami tata cara beribadah, sangat penting. Supaya tidak gampang terprovokasi,” ulas Nashir Abbas, pernah menjadi warga Singapura dan malaysia.