“Yang tidak kalah penting, tetap menjadikan Pancasila sebagai diskursus kekinian di era global dan era border-less saat ini. Karena Pancasila harus kita pertahankan sebagai satu-satunya nilai ideologi bangsa yang mampu mempersatukan bangsa dengan 17 ribu pulau ini,” pintanya.
Apalagi, kelima Sila dalam Pancasila saling terkait satu dengan lainnya. Sehingga untuk mewujudkan Sila ke-5, yakni Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, kita wajib dan mutlak melaksanakan Sila pertama hingga keempat dengan benar.
“Karena, Sila pertama melahirkan Sila kedua, Sila kedua melahirkan Sila ketiga, Sila ketiga melahirkan Sila keempat, dan Sila keempat melahirkan hakikat tujuan berdirinya negara ini, yakni Sila kelima,” paparnya.
LaNyalla mencontohan Sila pertama Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa. Menurutnya, dengan ber-Tuhan artinya melaksanakan ajaran agama. Dalam Islam, artinya menjalankan Syariat Islam.
“Syariat Islam paling fundamental adalah mendirikan Sholat. Dengan mendirikan Sholat, kita mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Apabila seluruh anak bangsa ini menjalankan ajaran agamanya, dan kita sudah mencegah perbuatan keji dan mungkar, maka Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab akan terwujud. Apa artinya? Rakyat yang hidup di negeri ini memiliki moral, akhlak dan adab serta sikap yang baik dan luhur,” terangnya.
Menurutnya, dengan situasi itu, manusia Indonesia akan bersatu. Dengan saling menghargai perbedaan suku dan agama serta perbedaan lainnya. Sehingga terwujudlah Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Persatuan yang terjadi atas kesadaran. Bukan atas paksaan atau tekanan.
“Setelah orang-orang yang menjalankan agamanya, dan orang-orang beradab ini bersatu, munculah orang-orang yang bijaksana sebagai perwakilan untuk bermusyawarah dengan tujuan menemukan pemimpin bangsa ini. Itulah makna Sila keempat. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Lalu apa yang terjadi? Bangsa yang kaya dan besar ini akan dipimpin oleh pemimpin yang Hikmat dalam mengabdi untuk bangsa dan negara,” ulasnya.
Jika keadaan ini terwujud, maka hadirlah sila kelima yang merupakan cita-cita akhir para pendiri bangsa ini. Yakni Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. (jt)