“…dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)”.
(QS Yusuf : 53)
Adapun Nafsu itu sendiri harus bisa dikendalikan, karena sesungguhnya potensi nafsu yang ada dalam diri manusia itu diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar manusia bisa lebih maju, lebih bersungguh-sungguh menabur kebaikan dan kebajikan. Bukan sebaliknya, manusia sering diperbudak oleh nafsu dan bahkan menuhankan nafsunya, sehingga menyimpang dari kebenaran.
“…maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.”
(QS.AlJatsitah: 23)
“…maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan).”
(QS.An Nisa : 135)… (*)