Laporan WartaTransparansi.com Djoko Tetuko
Mengalir darah tanah nenek moyang Kerajaan termasyhur bernama Sriwijaya, Perwira Polisi Bintang Tiga ini, menggoreskan “tinta komando”, bak mengayun sampan menelusuri sungai Musi, “Membangun Martabat Bangsa”.
Siapa sangka dalam detak dan detik urat beserta aliran darah, mengalir seperti sungai Musi ketika membagikan nafas dan seluruh jiwa raganya untuk kemakmuran bangsa dan negara, Perwira Polisi Bintang Tiga ini, menyerahkan seluruh mengabdikan untuk harkat dan derajat bangsa ini, dalam puisi.
Bagaimana tidak? Goresan “Membangun Martabat Bangsa”, begitu memanggil seluruh anak bangsa senantiasa mengabdikan diri kepada nusantara selama hayat di kandung badan …
….
“saudara- saudara sebangsa setanah air, kemerdekaan yang kita raih perjuangan dan pengorbanan darah, air mata, tangis dari generasi ke generasi dan tak pernah hilang dari ingatan kita,
bukan hanya sejarah tapi ruh bangsa yang mengajarkan keberanian, keberpihakan, cita-cita, walau ribuan mitraliur menyerbu, mendentum, kita tetap balik menyerbu, itulah Indonesia.
Komisaris Jendral Pol Drs. Firli Bahuri, MSi, bukan karena anak bangsa dari Lontar, Muara Jaya, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, seperti para pendahulu kehebatan leluhur Kerajaan Sriwijaya, berlayar jauh menembus langit dan menancapkan kaki sampai batas akhir bumi, membela lautan di sepanjang ombak bergemuruh, menjangkau bumi tanpa batas dengan mengibarkan bendera nusantara jaya. Tetap memanggil-manggil, tetap berjuang walau sesulit apapun.
Bait dari “Membangun Martabat Bangsa”, memberi panggilan jiwa senantiasa merasa
terus dan untuk selamanya berjuang bersama anak bangsa.
“kemarin, hari ini dan lusa tetap sama dan tidak pernah bergeser apalagi berubah,
kita akan tetap berjuang dengan semangat tak pernah menyerah untuk menghadapi tantangan yang terus menghadang bahkan saat ini lebih sulit”,
Jenderal dua kali menjabat Kapolda ini, Kapolda Nusa Tenggara Barat (3 Februari 2017 – 8 April 2018) dan Kapolda Sumsel (20 Juni 2019 – 8 November 2019), dengan goresan sajak dan puisi, syair pak Polisi Jenderal Bintang Tiga, begitu tinggi mengabdi kepada pemilik negeri, kepada mereka “pemilik kitab suci” bumi pertiwi, Undang Undang Dasar Negara…
“Membangun Martabat Bangsa”, memberikan bunga surga selamanya, memberikan pundak beserta mata telanjang dan mata bathin menjaga negara ini.
…
Syair itu;
Ir. Soekarno pernah menyampaikan
“perjuangan ku lebih mudah karena melawan penjajah, perjuangan mu lebih sulit karena melawan bangsa sendiri”.
kemarin mengusir cengkraman Belanda, Jepang dan Sekutu,
sulit memuntahkan amarah, menahan duka-duka dan menggelar kematian pejuang bangsa, mereka gugur atas nama pahlawan Indonesia
Puisi kebangsaan Pak Polisi Jenderal Bintang Tiga, penjaga Marwah pemberantasan korupsi, begitu kuat memberi arti ketika suasana negeri membutuhkan kehadiran semua insan, pejuang sejati, pejuang penakluk para koruptor, pejuang tanpa pamrih.
…….
disaat yang sama,hari ini kita juga berjibaku melawan musuh bangsa sendiri ;
melawan para koruptor,
melawan kebodohan, melawan kemiskinan, melawan ketertinggalan, melawan intoleransi, melawan persekusi dan melawan korupsi.
Selamanya Jenderal Bintang Tiga ini melawan korupsi, goresan dan lukisan dari “tinta komando” itu panggilan untuk mengabdi.
(Djoko Tetuko)