Catatan ringan HM. Zahrul Azhar (Gus Hans) , SIP, MKes
KEPUTUSAN pemerintah seakan tidak seragam antara pusat dan daerah dalam mensikapi corona , saya melihat belum adanya langkah gerak yang sama ini dikarenakan presepsi dan kondisi yang berbeda beda dilapangan.
Memang dalam tindakan tidak harus sama antara pemimpin daerah yang satu dengan yang lain karena kondisi sosial dan geografis memang berbeda beda. Indonesia tidaklah Italia yang luas wilayah nya hanya setara 1 pulau di Indonesia, sehingga keputusan dalam mensikapi nya pun tidak Harus sama.
pemerintah kini menghadapi dua masalah yang seakan dibenturkan antara opini yang terbangun atau ada yg sengaja membangun di ranah publik dan rasionalitas empirik.
Saya yakin Tidak ada satu pemimpin pun yang mau mengorbankan jiwa rakyatnya dalam hal apapun. Sebagai pemegang amanah dsri rakyat pemimpin diharuskan menggunakan HELYCOPTER VIEW sebelum membuat kebijakan, dan ini akan menjadi rumit ketika Masyarakatnya memiliki disparitas yang tinggi pada tingkat pendidikan dan strata sosial.
Boleh saja seorang pejabat publik beropini agar tidak kemana dan bisa melakukan apapun dirumah , karena dia berlatar belakang pendidikan tinggi yang sangat melek teknologi dan dia pengguna aktif dari kecanggihan teknologi yang makin meminggirkan peran “kehadiran manusia” secara fisik, namun bagaimana dengan mbok mbok pasar yang setiap hari dia harus bergelut dengan kerumunan dipasar tradisional untuk menyambung hidupnya ? .
Boleh saja pemimpin sebuah wilayah segera melakukan langkah LOCKDOWN wilayahnya karena dia hanya pemimpin sebuah kota yang luasnya tidak seberapa dengan tingkat resiko yang tinggi, namun apakah kebijakan ini harus segera dikeluarkan juga oleh pemimpin yang cakupan nya jauh lebih luas yang tidak semua wilayahnya berpotensi Terdampak corona ? .
Menurut saya dengan kondisi geografis dan kultur sepeti di indonesa ini tidak seharusnya kita larut dalam kepanikan masal yang berpotensi pada terjadinya RUSH dan berujung pada SHUTDOWN nya sebuah bangsa.
Tanpa mengurangi kewaspadaan dari virus corona, jumlah kematian yg ditimbulkannya masih jauh dibanding dengan jumlah kematian pengguna narkoba yang rata rata 50 jiwa setiap harinya. Apakah kita panik? Apakah dengan situasi yang “santai santai” saja sepeti ini bisa disimpulkan bahwa pemerintah tidak memikirkan nyawa rakyatnya ? Tentu tidak kan ? .
Jangan sampai ada yang memancing di air keruh dibalik merebaknya wabah corona ini sehingga menciptakan kesan negeri kita gagal dalam menentukan target target untuk mensejahterakan rakyatnya.
Mari kita hadapi virus corona ini dengan tetap waspada tanpa harus menimbulkan kepanikan , percayakan kepada pemimpin kita untuk menyelesaikan permasalahan kita bersama ini , semoga presiden bisa menjadi dirijen handal yang bisa mengarahkan mana yang dibunyikan mana yg harus diamankan serta bisa mengatur ritme sesuai dengan langgam yang bisa kita nikmati bersama. (*)
Salam semangat
Jangan panik
Tetap waspada
Selamat berkarya