Rabu, 9 Oktober 2024
29 C
Surabaya
More
    Jawa TimurBanyuwangiIni Kisah Anak Gunung Dari Banyuwangi di KRI Bima Suci

    Ini Kisah Anak Gunung Dari Banyuwangi di KRI Bima Suci

    BANYUWANGI – Sandarnya KRI Bima Suci di Banyuwangi setelah melakukan lawatan ke 9 negara, menyisakan kisah tersendiri bagi salah satu awak tarunanya.

    Wajah Nur Jannah terlihat bahagia. Mengenakan pakaian hijau muda, ia tampak melambaikan tangan ke arah KRI Bima Suci yang sedang berlabuh di Pelabuhan Tanjungwangi, Kalipuro, pada Sabtu lalu (9/11/2019).

    Di atas kapal, para taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) sedang berdiri di tiang-tiang layar sembari melambaikan tangan. Memberikan penghormatan kepada orang-orang yang menyambutnya di pelabuhan.

    Ya, Nur Jannah adalah salah satu dari beberapa keluarga dari Taruna AAL yang mengikuti pelayaran KRI Bima Suci ke sembilan negara. Ia adalah ibunda dari taruna bernama Wahyu Wardoyo. Peluk kangen penuh keharuan segera meledak ketika keduanya bertemu.

    Baca juga :  Petugas dan Warga Binaan Lapas Banyuwangi Dilatih Teknik Pemadaman Kebakaran

    Pertemuan ibu dan putranya itu, memang terasa spesial. Sandarnya KRI Bima Suci di Banyuwangi tak ubahnya pulang ke kampung halaman sendiri. Maklum, Wahyu adalah satu-satunya taruna AAL yang berasal dari kota gandrung tersebut.

    “Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menunjukkan keindahan Banyuwangi pada teman-teman taruna yang lain,” ungkapnya.

    Sebagai putra daerah, kebanggaan Wahyu bukan tanpa alasan. Dari 103 taruna AAL angkatan 66 tahun 2017 yang berasal dari seluruh Indonesia itu, tak semua kampung halamannya bisa disinggahi. Selain di Surabaya, hanya Batam, Bali dan Banyuwangi saja kota yang di Indonesia yang dihampiri.

    “Semoga saya bisa memberikan kebanggaan bagi Banyuwangi. Menjadi tentara yang bisa mengharumkan nama daerah,” imbuhnya.

    Baca juga :  Kunjungan ke Lapas Banyuwangi, Dirjen HAM Pastikan Penerapan Layanan Berbasis HAM Berjalan dengan Baik

    Menjadi taruna AAL, memberikan pengalaman yang mengesankan bagi Wahyu. Pemuda berawakan tegap berkulit bersih itu, berasal dari perkampungan di lereng Gunung Raung, Desa Sumber Bulu, Kecamatan Songgon. Sebagai anak gunung, ia tak menyangka bisa mengikuti pelayaran keliling dunia tersebut.

    “Saya ini anak gunung, tidak menyangka bisa merasakan pelayaran keliling dunia yang harus menghadapi ombak setinggi delapan meter,” tutur Wahyu dengan haru.

    Sejak kecil, putra pertama pasangan almarhum Juhariyanto Handoyo dan Nur Jannah tersebut, memang telah bercita-cita menjadi angkatan laut. Ia harus berkali-kali ikut tes demi bisa masuk AAL.

    “Tiga kali ikut tes. Mulai tahun 2015, gagal. 2016, kembali gagal. Pada 2017, baru berhasil setelah mendaftar lewat Bali. Dan saya bangga anak saya kini bisa terwujud cita-citanya, dan bisa mengabdi untuk negara,” cerita Nur Jannah. (*)

    Baca juga :  Ramaikan Hubride 2024 di Banyuwangi, Peserta Melintasi Rute Sejauh 122 Kilometer

    Reporter : Wartatransparansi.com

    COPYRIGHT © 2019 WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan