BANYUWANGI – Sandarnya KRI Bima Suci di Banyuwangi setelah melakukan lawatan ke 9 negara, menyisakan kisah tersendiri bagi salah satu awak tarunanya.
Wajah Nur Jannah terlihat bahagia. Mengenakan pakaian hijau muda, ia tampak melambaikan tangan ke arah KRI Bima Suci yang sedang berlabuh di Pelabuhan Tanjungwangi, Kalipuro, pada Sabtu lalu (9/11/2019).
Di atas kapal, para taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) sedang berdiri di tiang-tiang layar sembari melambaikan tangan. Memberikan penghormatan kepada orang-orang yang menyambutnya di pelabuhan.
Ya, Nur Jannah adalah salah satu dari beberapa keluarga dari Taruna AAL yang mengikuti pelayaran KRI Bima Suci ke sembilan negara. Ia adalah ibunda dari taruna bernama Wahyu Wardoyo. Peluk kangen penuh keharuan segera meledak ketika keduanya bertemu.
Pertemuan ibu dan putranya itu, memang terasa spesial. Sandarnya KRI Bima Suci di Banyuwangi tak ubahnya pulang ke kampung halaman sendiri. Maklum, Wahyu adalah satu-satunya taruna AAL yang berasal dari kota gandrung tersebut.
“Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menunjukkan keindahan Banyuwangi pada teman-teman taruna yang lain,” ungkapnya.
Sebagai putra daerah, kebanggaan Wahyu bukan tanpa alasan. Dari 103 taruna AAL angkatan 66 tahun 2017 yang berasal dari seluruh Indonesia itu, tak semua kampung halamannya bisa disinggahi. Selain di Surabaya, hanya Batam, Bali dan Banyuwangi saja kota yang di Indonesia yang dihampiri.