Tajuk  

Demokrasi Sejati di Bumi Cendrawasih

Demokrasi Sejati di Bumi Cendrawasih
Djoko Tetuko

Menurut Sandi, aksi yang dilakukan ormas di Asrama Mahasiswa Papua dilatarbelakangi adanya penistaan simbol negara yang diduga dilakukan oleh mahasiswa Papua.

Saat itu, Jumat (16/8/2019), kelompok ormas melakukan aksi di depan asrama sejak pukul 16.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Namun, aksi massa tersebut dapat dihentikan setelah polisi berhasil membubarkan massa.

’’Normatifnya, polisi sudah mengerjakan apa yang menjadi standar dan kami tidak mengedepankan upaya paksa. Kami negosiasikan dengan catatan bahwa kita ingin menegakkan hukum, tapi jangan melanggar hukum,’’ kata Sandi, Selasa (20/8/2019). Pihaknya saat itu telah mengimbau ormas yang berdemonstrasi dan bersedia membubarkan diri.

Skenario dalang kerusuhan di Papua akhirnya terungkap. Aktor kerusuhan di berbagai daerah di Papua dan Papua Barat tersebut diduga merupakan kelompok dan organisasi penentang pemerintah.

Hal ini diungkap oleh utusan Mabes Polri, Irjen Pol Paulus Waterpauw, saat ditemui di Jayapura, Sabtu (24/8/2019) malam. Bahwa telah terjadi penjarahan sejumlah toko di Manokwari, Papua Barat, satu malam sebelum terjadi pembakaran kantor Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPR) dan Majelis Rakyat Papua (MRP) setempat, Senin, (19/8/2019).

Percikan api kerusuhan dan unjuk rasa di bumi Papua dan Papua Barat, sebuah hal hal lumrah (wajar), mengingat ketika ada informasi atau berita menyangkut rasisme, kemudian didramatisir menjadi berita penting, juga dibesar-besarkan. Sesungguhnya melanggar sila ke-1 Pancasila ’’Ketuhanan Yang Maha Esa’’, dan sila ke-3 ’’Persatuan Indonesia’’.

Lepas dari materi penyebab kerusuhan maupun unjuk rass berakibat kerusuhan. Sebab seharusnya hal-hal yang sensitif semua pihak mampu mengendalikan diri.

Dan semua sudah terjadi, demo berujuang rasisme serta unjuk rasa beurujung kerusuhan, bahkan sempat memanas, termasuk komentar memanaskan dari pejabat. Itulah sebuah pelajaran berharga bahwa suatu peristiwa yang terjadi, harus mampu dikelola dan dikendalikan dengan arif dan bijaksana.

Tetapi, satu hal menjadi catatan sejarah dan sebuah keindahan dari peristiwa itu, bahwa demokrasi sejati di bumi cendrawasih telah teruji.

Semua orang boleh mengatakan apa saja tentang peristiwa itu, tetapi Koran Transparansi, sudah mempu mengukur kesadaran, kemauan, kecerdasan, rakyat Papua dalam demokrasi sudah teruji, terpatri dalam hati nurani begitu suci.

Mengapa demikian? Rasisme hanya sebuah drama sesaat, unjuk rasa berujung kerusuhan, pengrusakan, pembakaran, sudah selesai setelah semua kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Inilah sesungguhnya indahnya Negara Kesatuan Republik Indoensia.