MYANMAR – Kelompok pemberontak melakukan penyerangan terhadap sebuah kampus militer di Myanmar utara. Sebanyak 15 orang yang mayoritas adalah anggota pasukan keamanan negara itu dinatakan tewas.
Insiden tersebut adalah serangan terbaru terhadap elite militer dan target pemerintah Myanmar yang kerap terjadi selama satu dekade terakhir, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (16/8/2019).
Aliansi Utara, yang terdiri dari kelompok-kelompok bersenjata di wilayah itu, mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, di mana menurut otoritas setempat, belum pernah terjadi sebelumnya.
Serangan pada Kamis 15 Agustus itu menyerang Akademi Teknologi Layanan Pertahanan di kota Pyin Oo Lwin, negara bagian Shan barat, tempat para insinyur militer Myanmar dilatih.
Selain itu, serangan kurang lebih serupa juga ditargetkan pada empat lokasi lainnya yang berdekatan.
Juru bicara militer Myanmar, Tun Tun Nyi, mengatakan tentara memerangi pemberontak bersenjata di kota Naung Cho dekat Gokteik Bridge, yakni jembatan kereta menjulang yang dibangun di era kolonial Inggris.
Jembatan lain di seberang lembah Goktwin telah dihancurkan oleh pemberontak yang juga membakar kantor polisi narkotika setempat, katanya.
Pertempuran dilaporkan terjadi di gerbang jalan tol menuju Lashio, kota terbesar di negara bagian Shan.
“Mereka membunuh tujuh anggota militer di Goktwin, dua di gerbang tol, juga polisi dan warga sipil,” lanjut Tun Tun Nyi kepada kantor berita Reuters, memambahkan bahwa seorang staf sipil di akademi militer terkait tewas.
Serangan-serangan itu menandai peningkatan besar dalam konflik yang sudah berlangsung beberapa dasawarsa di wilayah itu, di mana beberapa kelompok mendesak otonomi yang lebih besar bagi etnis minoritas.