Kepala Seksi Data dan Informasi Daerah Kerja Makkah Nurhanuddin menyampaikan, angka ini sedikit lebih besar dari jumlah jemaah wafat di hari yang sama pada 2014, yang berjumlah 166 orang. Namun jika dihitung proporsinya, lanjut Nurhan, prosentase jumlah jemaah wafat tahun ini tetap jauh lebih kecil dibanding tahun 2014. Sebab, kuota haji 2019 adalah yang terbesar dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Nurhan memaparkan pada tahun 2014 – 2016, jumlah kuota haji Indonesia hanya sebesar 168.800 orang karena adanya pemotongan kuota sebesar 20 persen. Di tahun 2017 & 2018, kuota haji telah kembali normal menjadi 211 ribu, dan memperoleh tambahan sebesar 10 ribu menjadi 221 ribu jemaah. “Pada 2019 ini, kuota bertambah lagi 10 ribu sehingga menjadi 231 ribu. Jadi kalau kita lihat proporsi jumlah jemaah yang wafat, pasti lebih kecil dari tahun-tahun sebelumnya,” tandas Nurhan.
Senada dengan Nurhan, Kasie Kesehatan Daker Makkah Imran menyatakan hal senada. Dari jumlah total 169 orang, 58 di antaranya wafat pada fase Armuzna (9 – 13 Zulhijjah 1440 H).
“30 orang di antaranya wafat di wilayah Armuzna. Sisanya, wafat di RSAS Makkah,” jelas Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Makkah Imran.
Imran menuturkan, pada pelayanan kesehatan fase Armuzna tahun ini pun relatif tidak memiliki kendala. “Jumlah pasien yang dilayani di Poskes Arafah berjumlah 73 orang, kemudian dirujul 28 orang. Sementara jemaah yang dilayani di Poskes Mina berjumlah 348 orang, dan dirujuk ke RSAS sebanyak 71 orang,” tutur Imran. (wt)