Lutfi sendiri mengaku senang dengan digelarnya festival film di kota kelahirannya ini. Menurutnya, festival ini menjadi wadah bagi dia dan pembuat film pemula untuk mengekspresikan karyanya.
“Sangking senangnya waktu ada pengumuman festival film, saya langsung kontak semua teman untuk membuat film pendek. Kami ber-15 pembuat film ini hanya mengeluarkan Rp250 ribu untuk membuat Jaler. Semua tidak ada yang dibayar, hanya bermodalkan semangat, yang penting setor karya kami di festival ini. Kami hanya ingin menjukkkan, bahwa anak daerah juga bisa membuat film,” kata Lutfi.
Dikatakan Lutfi, festival ini akan memacu sineas pemula kota untuk terus berkarya. Karena tidak semua daerah menggelar festival film.
“Banyak teman dari daerah lain iri Banyuwangi mulai menggelar festival film. Festival ini benar-benar jalan bagi kami untuk menampilkan karya kami dan dikuratori dengan baik sehingga memacu kami untuk terus berkarya,” kata Lutfi.
Selain festival film, bersamaan dengan acara itu digelar lomba video kreatif desa, dimana setiap desa membuat video promosi tentang desanya.
“Secara tidak langsung, ini mengedukasi desa untuk melakukan marketing desanya. Mereka secara tak langsung kami paksa untuk berpikir kreatif untuk mempromosikan potensinya yang menonjol dalam sebuah video kreatif tentang desanya,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Secara khusus terkait festival film, Anas mengapresiasi karya-karya yang telah masuk. Bahkan ada karya buatan anak SMKN Tegalsari, Banyuwangi yang bercerita tentang kegigihan seorang pelajar untuk menyelesaikan SMA-nya di tengah kendala yang ada.
“Festival film ini tidak hanya sekedar untuk promosi pariwisata, namun ini juga jalan bagaimana sineas-sineas muda bisa tumbuh dan menghasilkan karya film yang mumpuni,” pungkas Anas. (Zey/jam)