Ada pula sastrawan asal Banyuwangi Fatah Yasin Nor, Samsuddin Adlawi, Bambang Lukito, hingga Iqbal Baraas.
Saat tiba di festival, Candra langsung ditodong membacakan puisi. Berduet dengan sastrawan Samsuddin Adlawi, Candra membawakan karyanya yang berjudul Akulah Perjumpaan. Dengan suaranya yang khas, Candra berhasil membuat peserta larut terdiam menyimak karyanya.
Candra mengapresiasi Banyuwangi yang telah konsisten menggelar festival sastra selama tiga tahun terakhir. Festival sastra ini, menurut Candra, akan menggiatkan budaya literasi di kalangan generasi muda, sekaligus proses regenerasi sastrawan di Banyuwangi.
“Konsistensi mengajak generasi muda untuk mencintai sastra ini akan membawa festival sastra Banyuwangi semakin diperhitungkan banyak kalangan. Ditunjang bahan-bahan satrawi yang banyak terserak di Banyuwangi, mulai dari sejarah hingga keindahan alamnya, akan menyuburkan tradisi sastra di Banyuwangi,” jelas Candra.
Even yang masuk agenda Banyuwangi Festival 2019 ini dibuka Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko. Festival ini diikuti 700 penggiat, pecinta sastra se Banyuwangi. Mulai pelajar, guru, mahasiswa hingga budayawan.
Candra melanjutkan, yang menarik dari festival sastra ini adalah digelar di tengah berkembangnya pariwisata Banyuwangi. Sastra swcara tidak langsung diikhtiarkan sebagai tujuan wisata.
“Sehingga, orang yang ke Banyuwangi tidak hanya untuk mengunjungi obyek wisata, namun juga untuk tujuan mempelajari khazanah budaya dan kesusastraan asli Banyuwangi. Menarik ini,” katanya.
Dalam kesempatan itu, sejumlah sastrawan Banyuwangi juga berbagi ilmu menulis sastra yang benar di media massa dan media cetak. Di antaranya, Samsudin Adlawi, menyajikan materi Etika menulis di Media Sosial.
“Meski akun pribadi, namun apa yang kita tuliskan hendaklah yang berfaedah. Contohnya menulis karya sastra, sehingga bisa menginspirasi orang lain. Dan yang penting, untuk menghasilkan karya sastra yang baik kita harus rajin membaca. Targetkan berapa buku yang harus kita dalam satu bulan untuk memperluas wawasan kita,” kata Samsuddin.
Selanjutnya ada Muhammad Iqbal Baras, yang membedah bukunya Mawar Gandrung. Terakhir ada Bambang Lukito yang menyampaikan materi Pengaruh Sastra dan Budaya terhadap pengembangan Pariwisata. .
Wabup Yusuf, mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu media yang sangat positif bagi perkembangan kreativitas, di samping sebagai sarana penyaluran bakat siswa.
“Menulis dan membaca itu sangat penting, ini akan bisa menjadi inspiratif semua. Dengan membaca akan terbentuk kemampuan berfikir yang lebih berkualitas melalui suatu proses, seperti, menangkap gagasan, informasi serta dapat memahami, mengimajinasikan, mengekspresikan dan selanjutnya menjadi lebih kreatif,” ujarnya,” kata Wabup.
Festival sastra ini digelar dalam rangkaian acara. Satu minggu sebelumnya diisi dengan lomba menulis cerpen tingkat SLTP dan SLTA.
“Inilah waktunya, penggemar sastra, para pembaca bertemu dengan penulis dan saling berbagi pengalaman dan pengetahuan. Sekaligus even ini juga wadah bagi pelajar untuk mengembangkan potensi dirinya dalam kesusasteraan,” ujar Wabup. (zay/jam