Jumlah UMKM kopi di Banyuwangi sendiri terus tumbuh pada 2013 jumlahnya tidak sampai 10, namun sekarang sudah mencapai lebih dari 40 UMKM. Kafe yang menyajikan kopi juga mulai menjamur di penjuru kabupaten.
Selain mendorong pemasaran online, Bupati Anas mengatakan akan mendukung pelaku usaha kopi dengan menyediakan outlet khusus kopi dengan akses yang strategis bagi UMKM.
Juga akan memasukkan produk-produk kopi dengan kualitas baik melalui jaringan Warung Pintar, sebuah platform e commerce yang mengembangkan warung dengan dukungan teknologi dan analisis data. Saat ini Warung Pintar memiliki ribuan jaringan secara nasional.
Sementara itu salah satu pelaku usaha kopi, Mastuki mengaku mengalami perkembangan usaha yang cukup pesat beberapa tahun terakhir. Pada awal memulai usaha kopi dengan merk Jaran Goyang, penjualannya hanya 5 kg per bulan, namun sekarang sudah mencapai 250 kg, itu pun meningkat di waktu tertentu.
“Alhamdulillah semakin ramainya wisatawan yang ke Banyuwangi berdampak signifikan pada perkembangan usaha saya. Pengembangan bisnis secara online jadi cara ampuh untuk pengembangan usaha,” kata Mastuki.
Juga ada Andreas yang mengusung brand Robicasno. Dari modal awal 150 ribu untuk membeli kopi green bean yang dijual secara door to door, sekarang dirinya bisa menjual puluhan kilogram tiap bulannya. Peningkatan itu mulai dirasakan sejak dia menjadi binaan Dinas Perdagangan dan Industri daerah dan mengikuti berbagai pameran.
“Bahkan kopi saya juga mulai diminati para pecinta kopi dari luar negeri, seperti Taiwan, Jepang, Amerika Serikat, dan Yugoslavia,” kata Andreas.
Begitu halnya dengan Suhartin, petani kopi asal Kecamatan Kalibaru Banyuwangi. Yang awalnya dulu hanya menjual biji kopi, kini dia mulai membuka kedai kopi dan mulai memasarkan kopi bubuk.
“Nilai ekonomisnya bertambah ketika kita jual kopi bubuk, dan ini sesuai permintaan pasar. Dalam waktu dekat, saya akan membuka wisata petik kopi untuk menjaring wisatawan pula,” kata Suhartin. (Jam)





