“Surabaya itu bersih sekali sungainya dan saya sangat surprise. Saya rasa ini adalah perpaduan yang bagus. Akses sudah ada, fasilitas juga sudah ada, dan tinggal promosinya,” jelasnya.
Pihaknya mengaku senang bisa berkunjung dan melakukan peliputan langsung ke objek-objek penting di kota terbesar kedua Indonesia. Begitu juga saat proses pembuatan film dokumenter, banyak mendapat dukungan dari pihak Pemkot Surabaya. “Kami juga mendapat support dari Pemkot Surabaya. Kalau tanpa support, kami mungkin tidak bisa datang ke sini,” katanya.
Wali Kota Risma mengatakan, pihaknya berkomitmen membuat suatu konsep dimana Kota Surabaya berbeda dengan kota-kota lain. Walaupun Surabaya tidak mempunyai objek wisata seperti di Eropa, namun yang membuat wisatawan asing betah di Kota Pahlawan adalah kampung-kampung Surabaya yang masih tetap terjaga kearifan lokalnya.
“Karenanya, saya mengajak warga Surabaya untuk menjadi tuan rumah yang baik. Saya mengajarkan seluruh warga untuk ramah terhadap setiap pendatang (wisatawan),” katanya.
Selain membuat kota yang ramah untuk pendatang, Risma juga mengaku bagaimana membangun Surabaya ini agar bisa terus ramai, baik saat siang ataupun malam. Salah satunya, dengan membuat taman-taman kota yang bisa dikunjungi selama 24 jam. Terlebih, Pemkot Surabaya telah menyediakan layanan 112 yang beroperasi selama 24 jam. Tujuannya, agar masyarakat maupun wisatawan yang tinggal di Surabaya, merasa aman dan nyaman.
“Saya membuat para pendatang ini nyaman, sehingga wisatawan yang datang ke Surabaya merasa senang hati, baik saat pagi ataupun malam hari,” tuturnya.
Risma menambahkan, ingin selalu membuat hal-hal unik yang berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia dan Eropa. Selain betujuan untuk menggaet wisatawan, hal ini dilakukan sebagai komitmen untuk membangun Surabaya agar bisa terus sejajar dengan kota-kota besar di dunia. “Saya selalu mencari hal-hal yang unik, yang memang di tempat lain tidak ada,” imbuhnya. (wt)