Wartawan Bukan Malaikat

Wartawan Bukan Malaikat
Joko Tetuko (kiri) dan Yusril Ihzha Mahendra

Wartawan dengan berbagai status sosial sebagai warga negara atau bagian dari masyarakat, yang dianggap memahami dan mengerti semua persoalan, memang wajib membekali karya jurnalistik dengan ilmu pengetahuan sesuai dengan materi informasi yang disajikan kepada khalayak.

Tetapi jauh lebih tersanjung dan harus disadari bahwa wartawan bukan malaikat, yang mampu menembus semua ilmu pengetahuan dan tidak melakukan kesalahan.

Karena wartawan bukan malaikat, yang masih terbatas ilmu pengetahuannya dan masih memungkinkan melakukan kesalahan, walaupun persoalan mendasar, maka diingatkan dengan penguatan KEJ dan UU Pers, merupakan satu anugerah bahwa pekerjaan yang sangat mulia dijaga dengan sungguh-sungguh.

Sebab, apabila wartawan sebagai produk karya jurnalistik dan pers nasional ( medianya ) menyebarluaskan berbagai informasi itu. Namun tidak didasari dengan kebenaran dan nilai-nilai moral yang tinggi, maka satu kesalahan akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat luas, kerugian bangsa dan negara sekaligus tanggung jawab dunia akherat bagi sang wartawan.

Berbeda dengan jika karya jurnalistik wartawan, didasari dengan filter pemahaman dan pengartian terhadap KEJ dan UU Pers serta undang-undang maupun peraturan perundangan terkait dengan pers, maka akan melahirkan berita yang terpercaya dan menjadi bagian terpenting dalam pembangunan bangsa dan negara.

Bahkan juga sangat membantu dalam menciptakan suasana yang aman, sejahtera, dan berkeadilan. Itulah hakiki wartawan sebagai manusia biasanya yang harus menerus membekali diri guna melahirkan karya jurnalistik yang terpercaya secara abadi. (@)