Pakde Karwo Resmikan Tugu Parasamya Purnakarya Nugraha

Pakde Karwo Resmikan Tugu Parasamya Purnakarya Nugraha
Gubernur Soekarwo saat meresmikan Monomen Parasamnya Purnakarya Nugraha

Kemudian, imbuh gubernur kelahiran Madiun ini, ornamen Tari Remo yang menggambarkan penyambutan kepada penjajah, yang kemudian dilakukan penyerangan terhadap mereka. Lalu ornamen Reog Ponorogo yang mencerminkan perlawanan terhadap ketidakadilan, serta ornamen Karapan Sapi asal Madura yang memiliki nilai sejarah olahraga dan kesenian khas masyarakat Madura.

“Khusus Ornamen Karapan Sapi ini mengandung pesan, yaitu kepada masyarakat Jatim, khususnya para generasi milenial, untuk berlari seperti karapan. Dimana Karapan adalah simbolik cepatnya pembangunan di era sekarang, dimana siapa yang cepat, dialah yang menang, bukan yang besar yang menang, tapi yang cepat,” imbuhnya.

Dalam sambutannya, seniman sekaligus penggarap Tugu Parasamya, I Nyoman Nuarta mengatakan, pihaknya bersyukur mampu menyelesaikan pembangunan tugu ini dalam waktu relatif singkat, yakni hanya 2,5 bulan. Tantangannya adalah menggabungkan karakter-karakter yang berbeda-beda dari berbagai daerah di Jatim.

“Seperti Karapan Sapi dari Madura, yang merupakan olahraga yang cepat, kemudian Tari Gandrung yang lemah lembut, dan Tari Barong yang masing-masing berbeda karakternya. Ini kita coba satukan untuk menjadi rangkaian komposisi yang bagus, memang tidak mudah, tapi syukurlah kami bisa menuntaskan karya seni ini dalam 2,5 bulan lebih cepat dari target awal yang 4-5 bulan,” katanya.

Secara khusus, seniman Nyoman Nuarta memuji Pakde Karwo yang sangat peduli dan memberi apresiasi tinggi terhadap kebudayaan. Sebab budaya adalah warisan leluhur bangsa yang adiluhur, budaya juga harus dikembangkan serta dilestarikan oleh bangsa kita sendiri, bukan oleh orang asing.

“Terima kasih atas kepedulian Pakde Karwo kepada seni dan budaya, saya sepakat, para generasi milenial juga harus mencoba untuk mencari alternatif-alternatif terkini untuk mengembangkan kebudayaan, sehingga kebudayaan itu bisa berkesinambungan. Sebab budaya itu tidak akan bisa bertahan jika tidak dinamis dan menyesuaikan jaman,“katanya. (fir)