Jakarta – Indonesia dan Meksiko secara geografis terletak di ring of fire, yang membuat kedua negara rentan terhadap bencana alam seperti letusan gunung berapi serta gempa bumi. Karena alasan tersebut, kedua negara memandang perlu memperkuat kerja sama dalam pengembangan sistem peringatan dini serta pemulihan pasca bencana.
Demikian diungkapkan Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) BKSAP DPR RI Indonesia-Meksiko Djoko Udjianto usai menerima Duta Besar Meksiko untuk Republik Indonesia Armando G. Alvarez di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (9/4/2018).
“Saya harapkan kerja sama diantara Indonesia-Meksio ini bisa ditingkatkan, terutama di bidang penelitian dan teknologi. Sebab kita memiliki kendala alam yang sama, yaitu lempengan gempa, sehingga teknologi early warning system sangat bisa dikembangkan,” ungkapnya.
Selain mitigasi bencana, politisi F-Demokrat ini juga menambahkan, hubungan bilateral Indonesia-Meksiko yang telah berusia 65 tahun memiliki banyak peluang untuk dikembangkan. Salah satunya adalah kerja sama ekonomi, walaupun memang terkendala jarak wilayah yang cukup jauh
“Barangkali perlu juga kita pertimbangkan untuk menjual CPO (Crude Palm Oil), karena produksi CPO kita cukup banyak, walaupun mereka di-support Amerika Serikat dengan minyak bunga matahari dan minyal kedelai. Tapi, CPO salah satu alternatif bisa kita kerjasamakan,” sambungnya.
Dalam hal perdagangan, Djoko menuturkan, kunjungan GKSB ke Meksiko 2016 silam juga membicarakan peluang impor daging sapi dari Meksiko ke Indonesia. Menurutnya, peluang ini harus diwujudkan sebagai peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara.
“Kerjasama ekonomi kita telah berkembang di banyak bidang. Total perdagangan kedua negara pada tahun 2017 telah mencapai USD 1,2 miliar dan kami yakin bahwa volume ini akan meningkat di tahun-tahun sebelumnya,” imbuhnya. (rom/sam)