Dalam sambutannya, Gubernur Jatim mengatakan pers adalah pilar keempat dari demokrasi. Pers dengan bijak memberikan pembelajaran kepada masyarakat Jatim tentang demokrasi melalui pemberitaan-pemberitaan yang menarik. Pers menjadi suatu tool engineering di dalam kehidupan masyarakat melalui pemberitaan yang mendidik, ungkapnya.
Melalui pers, lanjutnya, rekayasa sosial dilakukan secara bagus sehingga menciptakan tradisi masyarakat yang baik, salah satunya dalam menyikapi permasalahan yang ada saat ini. Rekayasa sosial menjadikan masyarakat berfikir rasional dan produktif. Tanpa ada pers yang berfikir professional dan kritis, kebudayaan tidak akan terbentuk. Sebagai contoh tanpa ada pemberitaan tentang budaya ludruk, maka tidak akan menonton budaya tersebut, jelasnya.
Oleh sebab itu, Pemprov Jatim akan terus mengembangkan hubungan yang sehat dengan pers dan membuka ruang dialog yang penuh kesetaraan dan keterbukaan. Ruang dialog juga dibangun melalui media sosial, yang kehadirannya menjadi sebuah keniscayaan akibat perkembangan teknologi informasi yang luar biasa cepat.
Pakde Karwo berharap insan pers, terutama media mainstream bisa menjadi benteng terakhir bagi pemberitaan media sosial yang masih belum terverifikasi kebenarannya. Media mainstream, seperti media cetak, radio, tv, dan media berbasis online harus mampu meluruskan hal yang kurang benar, dan menjernihkan kekeruhan yang terjadi di media sosial. Media mainstream agar tidak ikut larut dan malah memungut isu-isu yang belum terverifikasi di media sosial sebagai bahan berita.
Hal tersebut dikarenakan saat ini banyak media yang menjadikan trending topik di media sosial sebagai sumber berita, tanpa melakukan verifikasi apakah berita itu betul-betul benar atau tidak benar. “Media mainstream, tidak boleh luntur dalam menjunjung tinggi etika jurnalistik, yang menuntut faktualitas, obyektivitas, serta disiplin dalam melakukan verifikasi terhadap bahan berita, ungkapnya.(min)