“Kami setuju bahwa mereka bertanggung jawab – baik yang melakukan kejahatan dan mereka yang memerintahkannya – harus menghadapi konsekuensi serius,” demikian pernyataan Tillerson.
Sebelumnya, juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, mengatakan, Amerika Serikat mendukung “sekutu terdekat Amerika”, namun dia mendadak menyalahkan Rusia atas serangan tersebut.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan penggunaan racun saraf apapun adalah hal yang “mengerikan dan sama sekali tidak dapat diterima” dan “insiden tersebut menjadi perhatian besar NATO.”
Adapun hubungan antara Inggris dan Rusia telah menegang sejak pembunuhan mantan mata-mata Rusia KGB, Alexander Litvinenko, di London, yang meninggal pada 2006 setelah meminum teh hijau yang dicampur dengan radioaktif polonium-210.
Pada Senin, May mengatakan, keracunan terakhir terjadi “dengan latar belakang pola mapan agresi negara Rusia” dan bahwa Inggris siap untuk mengambil “tindakan yang lebih jauh” terhadap Rusia ketimbang di masa lampau.
Duta Besar Rusia untuk Inggris telah dipanggil untuk menjelaskan kepada Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, bagaimana racun saraf tersebut sampai bisa digunakan. “Pada Rabu kami akan mempertimbangkan secara rinci tanggapan dari negara Rusia,” kata May.
Racun Novichok diyakini lima hingga 10 kali lebih mematikan daripada gas VX dan Sarin, yang lebih umum. Racun tersebut memperlambat kerja jantung dan membatasi saluran udara, yang menyebabkan kematian akibat sesak napas, kata mahaguru farmakologi Universitas Reading. (ant/kh)