Oleh HS. Makin Rahmat
MEWABAHNYA virus corona atau Covid-19 di muka bumi selama periode tahun 2020 merupakan sinyal dini bagi manusia penghuni bumi. Secara khusus dan kasat mata, saya melihat adanya bukti nyata kasih sayang Allah Yang Maha Kuasa kepada hambaNya. Kalau ada anggapan, bahwa Allah murka, biarlah itu hak seseorang untuk menilai.
Turunnya, Jundullah (tentara Allah) mengubah wujud sebagai wabah atau virus, terlepas dari adanya perselisihan penyebab virus mematikan diawali di Negara Cina, tidak lepas dari kehendak Illahi. Kalau sudah; “Kun Fayakun.” (Jadi, maka jadilah). Tidak ada sesuatu pun yang bisa menghalangi.
Saya sendiri memutuskan bersikap kehati-hatian dan tetap waspada. Artinya, tetap mengikuti protokol kesehatan (Prokes) Covid-19 sesuai anjuran dari Satgas dengan tetap memakai masker, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak (menghindari kerumunan) dalam konteks hablum minannas (hubungan sesama manusia).
Sebaliknya, ikhtiar batin tetap saya lakukan dengan komunitas jamaah dan lingkungan kami beribadah. Salah satunya, tempat ibadah (masjid) tetap menggunakan Prokes Covid-19, satu pintu masuk (one gate), disemprot disfektan. Hingga saat ini, tiap shalat lima waktu, khususnya Subuh dan Maghrib plus melakukan qunut nazilah. Untuk shof selama shalat fardu, dibagian utama tetap rapat dan lurus.
Sekali lagi, inilah ikhtiar untuk tetap menjaga keseimbangan. Hablum minannas wa hablum minallah (hubungan dengan manusia dan hubungan dengan Allah). Kita tidak boleh meremehkan tapi jangan sampai berlebihan dalam bersikap. Makanya, saya lebih condong kita menyebut: “Tahun 2020 sebagai tahun Waspada.”
Dari pandangan medis, pendemi Corona Virus Diseases 2019 (Covid-19) telah menjadi wabah yang menggelobal. Covid-19 menjadi momok menankutkan. Tidak terkecuali umat muslim terkena dampak dan ikut terlarut dalam gelombang tha’un (wabah penyakit menular).
Sikap kita, tentulah harus tetap mengacu pada norma-norma yang ada. Rasulullah SAW bersabda: “Tha’un adalah suatu peringatan dari Allah untuk menguji hamba-hambaNya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan, apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan lupa kamu lari daripadanya. (HR Bukhari-Muslim dari Usamah bin Zaid).
Dari Haidts tersebut semakin menambah keyakinkan saya, bahwa kalau terjadi sesuatu yang membahayakan, sebetulnya dimulai dari dirinya sendiri. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah yang sakit dicampuradukkan dengan yang sehat (HR Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah). Jadi, sikap kehati-hatian, juga dimulai dari ikhtiar.