Bahasa lain: “Engkaulah yang menciptakan nerakamu sendiri” Keadilan Allah SWT adalah dengan mewujudkan apa-apa yang engkau perbuat dari amaliahmu sendiri, umpama sebuah “Cermin” yang setia memantulkan cahaya apapun yang engkau pancarkan.
Kitabmu kan sama saja dengan Qur’anmu, yang tertulis itu mushaf Qur’an, yang tertulis itu adalah wujud tertulisnya, wujud tidak tertulisnya adalah dirimu sendiri.
Sekarang, saya baru menyadari dalam perenungan catatan akhir tahun 2020 ini, bukan semata diri kita semata, ada rangkaian hidup dan saling menghidupi. Seorang yang jahat tentu bukan semata dirinya sendiri, ada sifat muncul karena orang lain, sehingga sifat sombong, dengki, iri hati, dan kejelekan lain menjadi remot penentu prilakunya.
Sebaliknya, jika kita berbuat baik, tentu bukan semata pribadi kita yang berbuat baik. Ada simbiosis yang saling mengkait. Contohnya, orang yang pandai menulis dan dibaca oleh ribuan pembaca sehingga menjadi inspirasi tentulah menjadi ilmu bermanfaat, karena memancarkan cahaya kebaikan.
Kembali ke wabah covid-19. Saat ini, ada seleksi alam yang diperlukan oleh suatu Negara untuk menjaga dari merebaknya virus Corona. Tentu keputusan Saudi Arabia melakukan lock down hingga membatasi jamaah haji 1441 Hijiriyah (2020) melalui pertimbangan matang. Bahkan, hingga saat ini melakukan Lock Down yang kedua, setelah ada indikasi mewabahnya corona jilid II dengan varian baru telah indikasi berasal dari Inggris.
Pertanyaan sederhana untuk kita? Jika Allah melalui tentaranya (Covid-19) berakibat adanya dampak kematian, hingga dilakukan pemeriksaan rutin, apakah kita dalam proses fase kehidupan dengan keyakinan kita, bahwa Allah itu hak (ada), Malaikat itu ada, Hari Akhir ada, Neraka-Suraga ada, maka selain hak preogratif Allah dengan ridloNya, apakah kita bakal melenggang kankung, jika shalat kita hanya mengandalkan semangat, bukan niat, ilmu dan ikhlas. Hanya memburu bumi, bukan akhirat. Sekali lagi, syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji kita merupakan bagian dari catatan, bukan penentu.
Laporan rutin tentang penularan dari Covid-19, termasuk di Indonesia merupakan bagian dari ikhtiar dengan tetap menomorsatukan Allah (Sang Khaliq). Bila, rujukan penyelesaian hanya focus pada penyelesaian medis, tentu sulit dicari penutup dalam penanganan. Mengapa muncul varian baru? Apakah cukup dengan Lockdown atau membatasi gerak dari perputaran penduduk suatu Negara.
Begitu pula, sosok-sosok yang mengisi panggung kehidupan di alam fana ini, kita adalah bagian dari manusia yang berbuat baik atau sebaliknya. Maka, segera baca catatan hidup kita sebelum yang Maha Menghisap, menutup catatan kitab kita.
Jadi, kalau tahun 2020 kita diminta waspada, semata-mata Allah memang masih menyayangi kita. Allah Dzat Yang Maha Pengasih tak pernah pilih kasih, Allah Dzat Yang Maha Penyayang, maka sayangnya tak terbilang. Itulah pilihan hidup yang memang harus kita pilih. Burulah, Rahmat dan Ridlo Allah. Semoga bermafaat. Tentang watak kita mengikuti siapa? Ikuti cacatan renungan akhir tahun 2020 berikutnya. (Oleh: HS. Makin Rahmat, Ketua SMSI Jawa Timur)