Lapsus  

Mengembalikan Marwah TPHD Sebagai Pemandu Tamu Allah (3)

Laporan Transparansi Makin Rachmat

Mengembalikan Marwah TPHD Sebagai Pemandu Tamu Allah (3)
Makin Rachmat (ujung kiri) bersama Ketua Sektor dan petugas kloter 70 sub serta Amirul Haj KBIH Rahmatul Ummah An-Nahdliyah Sidoarjo

Saat penuh haru adalah melaksanakan thowaf Wada (Pamitan). Melangkah memasuki masjidil Harom air mata ini sudah menetes. Doa yang diucapkan pembimbing yang dipandu langsung oleh Romo KH. Rofiq Siroj ternyata membuat suasana haru biru.

Saat memandang baitullah dengan diirngi doa: Allahumma dzid hadaa baita… tasyrifaan, watakdiman, watakriman… sebentar lagi, kami akan meninggalkan tempat yang paling mulia di muka bumi. Di bumi rumahnya Allah ini, telah dilahirkan manusia sempurna Muhammad SAW.

Begitu mengelilingi baitullah tujuh kali dengan doa yang menyayat hati… innalladzi farodlo alaikal Qur’anaa laarodduka ilaa maad. (Sesungguhnyatelah diwajibkan atas dirimu untuk mengikuti ajaran Al Quran dan tempat kembali yang utama adalah al Maad (nama lain dari Baitullah).” Allahu Akbar Allahu Akbar walillahilham.

Ada kegiatan di luar rencana yang patut mendapatkan apresiasi, yaitu Jemaah di Kloter 70 sepakat melakukan kerja bakti membersihkan kaleng dan sampah yang berserahkan di sekitar kawasan Mahbas Jin. Alhamdulillah mendapatkan respon luar biasa, termasuk H. Hasanuddin, petugas sektor 6 yang ikut memantau di lapangan. “Ini momen luar biasa, saat menyongsong tahun baru Hijriyah, jemaah kloter 70 bikin kegiatan mulia. Ini contoh dan teladan nyata,” paparnya.

Usai sholat jamak takdim Dzuhur dan Ashar di Hotel Loloat Ashel, Mekah kami mempersiapkan diri melanjutkan perjalanan ke Madinah. Jejak-jejak selama di Mekah rasanya masih terbayang dan sulit terlupakan. Tepat hari Ahad/ Minggu (1/9/2019) Jemaah menuju ke Kota yang penuh dengan cahaya Rahmat, yaitu al Madinatul Munawaroh. Kota kedua yang begitu tertata rapid an keindahan masjid Nabawi tiada dua ini mampu menghipnotis Jemaah, khususnya saat diarahkan ke Roudlo Jannah (Taman surga) yang ada di areal masjid Nabawi.

Mengembalikan Marwah TPHD Sebagai Pemandu Tamu Allah (3)

Saat bus berderet-deret menunggu Jemaah, petugas dari muasasah ikut mengawal dan memberikan jamuan dan membekali Jemaah dengan kopi, gula, mie untuk tambahan menu selama di Madinah al Munawaroh. “Ini (pelayanan dari muasasah) memang bagian dari program Eyad. Jadi, secara Spartan pemerintah kerajaan Saudi memberikan peningkatan pelayanan sekelas eksekutif,” kata Azmi Bawedan, mahasiswa asal Indonesia yang ikut menjadi petugas Daker.

Bismillah majreha wamrusaha. Target utama Jemaah selama di Madinah, adalah melaksanakan sholat empat puluh waktu berjamaah di masjid Rasulullah yang sering dikenal dengan amalan Arbain. Malam hari kami tiba di Madinah dan sempat mampir di Wadi Kudai untuk menikmati santap makan sore. Inilah kelebihan dari Madinah kota yang penuh dengan keteduhan dan kedamaian.

Agak beda dengan Mekah dan suasananya lebih bebas dan kurang teratur. Di Madinah beda, rute Jemaah sholat antara pria dan perempuan yang beda, memberikan kepastian ada situasi yang khusus, apalagi saat menyampaikan salam kepada Rasulullah, sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Ada getaran magnet hati yang menggambarkan beliau manusia pilihan Muhammad bin Abdullah masih hidup dan memberikan kepastian syafaat dan penerang di bumi, saat di alam kubur dan nanti di yaumil mizan (hari pembalasan).

Cuaca Panas Ekstrim

Hari pertama yang datang saat malam hari cuaca panas Madinah kurang begitu terasa, kalau Madinah menyimpan misteri cuaca ekstrim. Hari kedua, Senin (2/9/2019), Jemaah mulai mengeluhkan cuaca yang terasa menyengat beda dengan di Mekah. Tantangan amalan Arbain menjadi momentum menjaga keteguhan dan keistikomahan hati Jemaah bertekad mengikuti anjuran Rasulullah, sholat 40 waktu berjamaah di masjid Nabawi.

Bagi Jemaah yang lokasinya dekat dengan masjid Nabawi, keluhan cuaca panas ekstrim mungkin tidak begitu dirasakan. Tapi, untuk Jemaah yang posisinya akan menjauh, termasuk kloter 70 yang menempati Hotel Amjad Al Gharra harus berjalan sekitar 250 meter dan melewati bongkaran hotel sehingga panas begitu menyengat sebelum masuk ke pintu 8. Ada Jemaah kakinya melepuh karena sandalnya hilang. Malah, ada Jemaah kakinya berdarah-darah karena menderita diabet. MashaAllah. Penuh perjuangan.

Menurut dr. Teguh yang menangani di kloter 70 sirkulasi Jemaah yang konsultasi dan berobat rutin lumayan. Rata-rata menderita batuk akut, pilek, sesak pernafasan, ngilu, dan penderitaan yang dirasakan di badan. “Nggak tahu kok badan terasa cekot-cekot. Batuknya nggak sembuh-sembuh,” ujar abah Didit, salah satu jemaah.

Muhammad Rafiqi, Ketua Rombongan 1 membenarkan, banyak Jemaah merasakan cuaca panas di Madinah lebih hot dari Mekah. “Untungnya, di rombongan saya pelaksanaan sholat Arbain berjalan dengan baik. inshaAllah nggak ada Jemaah yang bolong. Tapi, cukup menguras tenaga dan pikiran. Mungkin karena target Arbain, jadi kalau tidur pasti sering bangun. Alhamdulillah, sampai akhir bisa lolos Arbain,” papar pria, putra dari Zusbakir, mantan Bupati Pasuruan ini.