Keindahan Panorama Ja
bal Magnet
Selain program sholat Arbain, Jemaah juga mendapatagenda ziarah ke masjid Quba, jabal Uhud dan suhada Uhud, masjid Qiblatain, masjid Sab’a, dan mampir ke Kebun kurma. Jadwal hari Rabu (4/9/2019) kami berkunjung ke Madinah. Keunggulan dari masjid Quba, barang siapa yang sudah bersuci dari tempat tinggal (hotel) kemudian sampai di masjid Quba sholat, maka derajatnya sama dengan umroh sempurna. Baginda Rasulullah sendiri punya kebiasaan berkunjung ke masjid Quba pada hari Sabtu.
Kalau berkunjung ke gunung Uhud, tentulah tidak bisa dilepaskan dari sejarah perang Uhud yang mengakibatkan Rasulullah terluka, bahkan paman beliau sayyidna Hamzah bin Abdul Mutholib meninggal akibat ditombak seorang budak bernama Wa’syi, suruhan dari tokoh bengis Quraisy, Hindun yang memang dendam akibat suaminya tewas di medan pertempuran Badar. Inti yang bisa diambil pelajaran, bahwa ketaatan kepada Rasulullah harus terus dijaga karena melanggar, pasukan panah yang meninggalkan bukit Rumat ingin berebut harta rampasan beraikibat fatal, yaitu gugurnya 70 sahabat yang mayoritas merupakan penghafal Al Quran.
Alhamdulillah, kami sempat berkunjung dua kali termasuk hari Sabtu. Destinasi yang belum banyak dikunjungi, karena belum masuk agenda muasaah, yaitu menziarahi Jabal magnet, kawasan di sebelah timur Madinah dengan jarak sekitar 50 km ini ternyata lebih eksotik. Kawasan mantiqo baidlo (wilayah putih) ini mulai ada pembenahan dan perubahan signifikan termasuk fasilitas motor gurun dan banyak tenda café dibangun untuk melayani para pengunjung.
“Eman, kalau sudah ke Madinah tidak ke Jabal magnet. Selain pemandangannya luar biasa, fasilitas juga semakin banyak, ada penjual es krim di mobil, pegunjung bisa naik onta atau menikmati susu onta atau kopi di café dan menyewa motor gurun. Untungnya, kami tadi menyewa Hiace ke Jabal Uhud, percetakan alrquran, terus ke jabal magnet,” kata abah Abu, pimpinan KBIHU Rohmatul Ummah.
Tempat lain yang awalnya tertutup karena renovasi adalah percetakan al Quran. Sebab, hampir setiap kunjungan ke percetakan AlQuran, para peziarah khususnya yang pria mendapatkan souvenir Al Quran. Ternyata musim haji tahun ini, Jemaah perempuan pun mendapatkan souvenir serupa. Sungguh elok.
Terlepas dari teriknya matahari, sebagian besar jamaah pria bisa langsung menuju ke Roudlo (tempat mustajabah) antara rumah Rasulullah dengan mimbar masjid Nabawi. Waktu shalat Subuh yang sekarang mundur, yaitu 05;35 WAS, sempat membuat sebagian jamaah bingung dipikir saat Adzan pertama pukul 04.35 sudah waktunya shalat Subuh. Termasuk usai shalat harus menunaikan shalat jenazah berjamaah.
Tidak beda dengan thowaf wada. Ketika agenda Wada ke Rasulullah, walau terus diawasi oleh askar masjid Nabawi, namun suasana terasa lebih syahdu. Diiringi sholawat, kami pamitan ke Rasulullah dan masjid yang penuh dengan kenangan indah. Dalam doa kami, permohonan kepada Allah, semoga kunjungan ke Haromaian sebagai duta Allah bukan yang terakhir, tetapi menjadi ziarah yang istiqomah dan membawa keberkahan. Kalau pun menjadi kunjungan terakhir, semoga ditetapkan iman, Islam, dan derajat sebagai hambaNya yang beruntung. Begitu pula dengan keluarga dan keturunan kita. Aamiin.
Dari laporan dan narasi singkat ini, ada hal yang patut menjadi perhatian untuk evaluasi demi perbaikan ke depan terhadap pelayanan jamaah dalam beribadah lebih maksimal, antara lain: Rektrutmen TPHI, TPIHI, dan TPHD lebih selektif, sehingga mampu mengemban tugas sesuai dengan amanah UU dan peraturan dari Kemenag.
Hal yang perlu diperhatikan, sinkronisasi petugas TPHD, TPIHI, TKHI dan TPHD dilengkapi dengan buku panduan yang saling mendukung, bukan hanya sekedar sebagai pelengkap, khususnya peran TPHD. Ketua Kloter yang belum mengenal lapangan, sebelum pelaksanaan Amuzna agar dilakukan survey lapangan, terutama posisi titik kumpul masing-masing kloter dan titik keluar saat mabit di Muzdalifah berhadapan dengan kloter lain.
“Menurut saya, Pihak Kemenag perlu menerbitkan media bagi Jemaah haji sebagai informasi terkini maupun tambahan ilmu seputar pelaksanaan haji dan tempat-tempat bersejarah di Mekah-Madinah. Perubahan yang dinamis itu, harus disertai dengan informasi yang up to date (terkini),” tandas H. Adiwiro Suyoso. (mat)