Opini  

Merekam Jejak Pengabdian ASN, Refleksi HUT ke 54 KORPRI

Merekam Jejak Pengabdian ASN, Refleksi HUT ke 54 KORPRI

Tidak mungkin lahir ASN berintegritas, inovatif, dan responsif bila tradisi membaca dan menulis belum menjadi kebiasaan. Literasi adalah fondasi dari akuntabilitas, ketepatan kebijakan, kemampuan analisis, hingga sensitivitas sosial dalam setiap pelayanan.

Dalam sudut pandang personal, peringatan HUT KORPRI tahun ini memiliki makna emosional sekaligus simbolik. Pada 27 November 2025, saya menerima Awarding Jejak Literasi dari Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung sebagai kontributor terbanyak di Digilib UIN SGD Bandung.

Penghargaan tersebut saya maknai bukan sebagai prestasi individual, melainkan sebagai representasi bahwa ASN khususnya di lingkungan Kementerian Agama mampu menjadi motor penggerak literasi. Kita tidak hanya bertugas menyusun program, membuat laporan, atau menjalankan administrasi, tetapi juga memperkaya ilmu pengetahuan melalui tulisan dan dokumentasi gagasan.

Literasi bukan hanya aktivitas intelektual, melainkan bentuk pengabdian. Menulis adalah jejak berpikir, sementara membaca adalah sarana memperluas cakrawala kebijakan. Dalam konteks KORPRI, literasi seharusnya tidak hanya menjadi agenda pendidikan, tetapi menjadi pilar profesionalisme birokrasi.

ASN yang membaca akan lebih peka terhadap perubahan; ASN yang menulis akan lebih mampu merumuskan solusi; ASN yang memahami pengetahuan akan lebih siap menghadapi kompleksitas pelayanan publik.

Komitmen pemerintah, sebagaimana ditegaskan Abdul Mu’ti, melalui pendekatan deep learning dan gerakan tujuh kebiasaan baik, merupakan langkah strategis. Namun, keberhasilan kebijakan tersebut sangat bergantung pada keterlibatan ASN dan guru.

Kita tidak dapat berharap anak-anak gemar membaca bila guru tidak membaca; kita tidak mungkin menuntut mahasiswa kritis bila dosennya tidak menulis; kita tidak bisa berharap masyarakat cerdas informasi bila birokratnya belum terbiasa berdialog dengan pengetahuan.

Tema HUT KORPRI tahun ini menegaskan tiga makna penting. Bersatu berarti literasi adalah kerja kolektif; berdaulat menegaskan bahwa bangsa berdaulat adalah bangsa yang berpengetahuan; bersama mengajak seluruh ASN mengambil bagian dalam agenda nasional literasi. Dengan itu, KORPRI tidak sekadar merayakan usia, melainkan memperbarui komitmen terhadap pengabdian yang mencerdaskan.

Pada akhirnya, HUT Ke-54 KORPRI harus menjadi momentum bagi seluruh ASN Kemenag RI untuk memperkuat tradisi belajar, memperkaya karya tulis, dan mengokohkan integritas. Pengabdian yang sejati adalah pengabdian yang meninggalkan jejak kebaikan, jejak pengetahuan, dan jejak literasi. Dari ruang birokrasi yang berintegritas dan berpengetahuanlah Indonesia Maju dapat diwujudkan. Wallahu A’lam. (*)