Sulastri, seorang pengunjung asal Lumajang, mengaku terhanyut oleh keindahan acara ini.
“Melihat anak-anak pakai kebaya kecil dan blangkon, rasanya nostalgia sekali. Ditambah ada wayang dan gamelan, suasananya benar-benar seperti tempo dulu,” tuturnya haru.
Di tengah kemeriahan, PJ Kepala Desa Keting, Abdul Rofiq, menitipkan pesan penuh makna. Ia berharap Kampung Jadul menjadi ruang kebersamaan, sarana menjaga warisan leluhur, sekaligus wadah untuk mempererat silaturahmi. Ia juga mengajak warga menjaga kebersihan, menumbuhkan potensi desa, serta menjadikan tradisi ini hidup lintas generasi.
Kampung Jadul bukan sekadar tontonan, melainkan tuntunan, mengingatkan betapa berharganya kearifan lokal, sekaligus memperkenalkan jejak budaya tempo dulu kepada anak-anak muda. Dari kesenian, kuliner tradisional, hingga usaha mikro kecil warga, semuanya berpadu meneguhkan identitas desa.
“Semoga denyut Kampung Jadul terus berlanjut, menjadi cahaya yang menerangi perjalanan desa: hidup dengan budaya, erat dalam kebersamaan, dan senantiasa dilimpahi keberkahan Allah SWT, pungkasnya.
Kiranya giat di Desa Keting tersebut bisa menjadi inspirasi bagi Pemdes lainya di wilayah Kabupaten Jember selain mengusung kearifan seta budaya lokal juga menghindari hal hal yang tidak diinginkan.(*)