Kediri  

Dentuman Punk di Kediri, March of the Apocalypse Bangkitkan Solidaritas Jalanan

Dentuman Punk di Kediri, March of the Apocalypse Bangkitkan Solidaritas Jalanan
Vokalis Antiphaty, Catur Guritno, saat tampil membawakan lagu Mati di acara March of the Apocalypse di kawasan Kelurahan Pakelan Kecamatan kota Kediri. (Foto : Moch Abi Madyan)

Meski digelar secara swadaya dan di area terbatas, antusiasme pengunjung terlihat tinggi. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa skena musik alternatif di Kediri masih hidup dan terus bergerak.

“Kita harap March of the Apocalypse bisa jadi agenda rutin. Tempat ngumpul, saling support, dan jaga solidaritas antar band dan komunitas,” ujar Yohanes yang akrab disapa Glempo.

Salah satu penampilan yang paling ditunggu malam itu datang dari Antiphaty. Band punk asal Malang ini sudah eksis di skena bawah tanah sejak 1997. Sang vokalis, Catur Guritno, menyampaikan terima kasih kepada komunitas punk Kediri yang telah hadir dan memberi dukungan.

“Terima kasih teman-teman Kediri, Anggih, Tompel, black water, dan semua yang datang. Rasanya kayak lima sampai sepuluh tahun terakhir balik lagi ke sini,” katanya.

Antiphaty, merupakan band punk asal Malang yang dikenal lewat lirik-lirik kritisnya, tengah bersiap merilis album kelima pada bulan depan. Album ini menjadi kelanjutan dari album keempat yang sebelumnya telah dirilis. Lewat lagu-lagunya, Antiphaty kerap menyoroti persoalan sosial dan situasi negara. Salah satunya lagu berjudul Indonesia, yang berisi kritik terhadap kondisi sosial tanah air. Sementara itu, lagu Mati bercerita tentang kepergian seorang teman skinhead asal Malang yang meninggal akibat kecelakaan pada tahun 2000 lalu.

Kedua lagu tersebut menjadi nomor yang paling dinantikan penggemar saat Antiphaty tampil di March of the Apocalypse diantara nomor lagu yang mereka (Antiphaty.red) persembahan kepada pecinta musik cadas.

Lek Catur juga berharap, keberadaan ruang-ruang alternatif seperti ini bisa terus didukung. Ia mengapresiasi sikap terbuka pemilik lokasi acara di Kota Kediri yang memberikan izin tanpa banyak syarat.

Hal ini sangatlah berkesan dan spesial dengan tempat yang mewah ditunjang fasilitas memadai. Kegiatan konser musik keras dapat terselenggara dengan baik.

“Semoga ke depan komunitas punk tidak lagi dipandang sebelah mata. Lewat kegiatan yang kondusif seperti ini, kami berharap citra positif bisa semakin diangkat, dan diterima oleh masyarakat,” ungkapnya.(*)

Penulis: Moch Abi Madyan