Dalam kesempatan tersebut Imam Utomo juga mengungkap produksi darah di Jawa Timur. Beberapa waktu lalu produksi darah di Jawa Timur dalam setahun mencapai 1 juta kantong darah, sementara keperluannya sekitar 700ribu sampai 750ribu kantong darah. Berarti terjadi over produksi.
Sisanya harus di musnahkan dan itu memerlukan biaya tinggi. Karena itu saya sempat mengimbau agar tidak berlebihan memproduksi darah. Tapi sekarang ini kepwrluan darah naik lagi hingga 800ribu kantong darah dalam setahun. Jadi, sebaiknya produksi saja sesuai keperluan agar tidak mubazir mengingat pemusnahan darah itu memerlukan biaya tinggi.
Imam Utomo menjelaskan di Jawa Timur terdapat 37 UDD dan telah teragriditasi. Sedangkan yang sudah sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dari Balai POM (Balai Pengawasan Obat dan Makanan) baru ada 4 yakni Kota Surabaya, Malang, Sidoarjo dan Lumajang. Dan satu lagi yang berproses adalah UDD Tulungagung. Untuk mencapai sertifikat CPOB ongkosnya juga tidak sedikit.
Ketua PDTDI (Perhimpunan Dokter Transfusi Darah Indonesia) Kota Surabaya dr. Martono Adi Triyoga, sebagai penyelenggara dalam laporannya menyampaikan, Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) V-2025 akan berlangsung selama tiga hari mulai Kamis (15/5/2025) diikuti lebih dari 250 peserta se Jawa Timur, terdiri dokter anggota PDTDI kabupaten/Kota, PMI, dan perwakilan dari perusahaan.
PIT V-2025 merupakan kerja bareng antara PDTDI Surabaya dengan Insan Medika Training Center didukung PDTDI Jawa Timur dan PDTDI Pusat, mengusung tema “Mengawal Mutu Pelayanan Darah Tetap Optimal”. “Kami sangat gembira karena PIT V ini ternyata peminatnya sangat tinggi,” Ujar dr. Martono yang juga kepala UDD Kota Surabaya. (*)