Dalam sejarah, banyak agama dituduh sebagai ateis oleh penguasa sezaman. Misalnya, Yahudi dan Kristen pernah dianggap menyebarkan ateisme oleh Romawi karena menolak menyembah berhala dan menganggap raja bukan dewa. Dalam Islam pun terjadi hal serupa, di mana berbagai kelompok saling menuduh sebagai kafir atau zindiq (sebutan untuk ateis dalam Islam).
Ateisme terselubung lebih sulit dikenali. Hal ini terjadi pada mereka yang secara lahiriah beragama tetapi dalam tindakan tidak menunjukkan kesadaran akan Tuhan. Mereka menolak disebut ateis, dan memang manusia tidak berhak menilai keimanan orang lain. Namun, perilaku mereka yang mengabaikan Tuhan menunjukkan adanya kecenderungan ateisme terselubung.
Hadis Nabi Muhammad saw menegaskan: “Demi Allah orang itu tidak beriman! Demi Allah orang itu tidak beriman.” Beliau ditanya: “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Orang yang tetangganya tidak aman dari ucapan tak terkendalinya!” Beliau ditanya lagi: “Apa itu ucapan tak terkendalinya?” Beliau jawab: “Ucapannya yang jahat dan menyakitkan.”
Pesan Rasulullah tersebut menunjukkan bahwa keimanan seseorang dapat dipertanyakan jika ia menyakiti tetangganya, berbuat jahat, atau tidak mencintai sesama. Ini bukan berarti mereka tidak beragama, tetapi sikap hidup mereka serupa dengan orang yang tidak beriman—kosong dari nilai spiritual yang seharusnya membawa kebahagiaan. Maka, iman yang tidak diwujudkan dalam tindakan moral dapat mengarah pada keadaan yang serupa dengan ateisme. Wallahu a’lam. (*)