SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Melaksanakan dan mewujudkan dengan kreatif Surat Edaran Menteri Salam Negeri Nomor 400.2/3883/SJ tentang Dukungan Pendanaan Pelaksanaan Kompetisi Sepak Bola Amatir yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional, salah satu paling prioritas bagi setiap kabupaten/kota ialah membangun lapangan sepak bola standar training centre (TC) di setiap kecamatan.
“Sebagaimana Inpres yang merupakan satu-satunya untuk olahraga sepak bola bahwa dalam percepatan pembangunan itu, dibutuhkan kebersamaan dari beberapa instansi, dinas PUPR, dinas Kesehatan, dinas Sosial, dan lainnya termasuk di lingkungan Kementerian Agama turut serta mencetak pemain nasional berstandar internasional,” kata Ketua Asprov PSSI Jawa Timur, Ahmad Riyadh UB PhD, Rabu (4/9/2024).
Pernyataan Ahmad Riyadh disampaikan pada saat pengukuhan pengurus Asosiasi Kabupaten PSSI Nganjuk, di Pendopo Kab Nganjuk, bersamaan dengan Kongres Tahunan 2024.
Menurut Riyadh, memang sejak beberapa tahun terakhir sepak bola kita terhambat oleh anggaran, sehingga budaya sepak bola di kampung kampung yang sudah sama dengan tradisi sepak bola di Brasil dan negara negara Amerika Latin yang budaya sepak bolanya sudah merakyat.
Tetapi, lanjut dia, mereka dengan talenta dan budaya itu, mampu mengembangkan dengan baik. Bahkan berhasil meraih prestasi juara dunia. Sementara Indonesia masih mulai percepatan pembangunan persepakbolaan.
“Hanya saja kalau di Indonesia cabang olahraga bulutangkis walaupun di setiap kampung tidak membudaya bisa juara dunia. Demikian juga Brasil walaupun sudah mendatang pelatih tingkat dunia, belum berhasil juara bulutangkis,” ujar Riyadh diplomatis.
Sekarang, kata Ketua Asprov PSSI Jatim, karena sepak bola menjadi satu satunya olahraga yang ada inpresnya, maka sesuai dengan SE Mendagri pada tanggal 15 Agustus 2024, untuk mendukung pembangunan sarana prasarana, kompetisi amatir dan kompetisi kelompok umur untuk mencari bibit yang berprestasi nasional dan internasional, maka sepak bola, seluruh steakholders atau dinas dan instansi di kabupaten Nganjuk mendukung dengan prioritas membangun lapangan standar di setiap kecamatan, juga mengulirkan kompetisi yang semua instansi dan dinas turut mendukung memperkuat pemain berbakat menjadi lebih hebat.
Ahmad Riyadh juga meminta Askab Nganjuk, sudensi ke Kajari untuk minta pendampingi dalam pelaksanaan anggaran APBD untuk sepak bola supaya sesuai dengan ketentuan dan tidak sampai melanggar.
Mengapa perlu membangun di tiap kecamatan lapangan latihan yang standar, menurut dia, pemain Indonesia karena kebiasaan main di lapangan kurang standar dan banyak lubang, masih sering melihat ke bawah. Sementara di Afrika dan Eropa sudah bermain dengan menjalankan strategi dan taktik sesuai latihan.
“Pemain kita takut keseleo,” tandasnya.
Riyadh menegaskan,
Dinkes bisa memberi vitamin, Dinas Pendidikan fasilitas pendidikan, Dinas Sosial atau Kesra menunjang masalah kebutuhan makanan dan standar gizi. Dan semua terlibat secara bersama sama, “Luaskan pandangan kita soal sepak bola,” harap advokat senior nasional ini.
Walaupun Inpres tentang Percepatan Prestasi Persepakbolaan Nasional juga sudah ditindaklanjuti dengan Surat Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor B-PO/6.4.22/MENPORA/VI/2024 tertanggal 4 Juni 2024 tentang Permohonan Dukungan APBD untuk Kompetisi Amatir, maka kalau
tidak memperhatikan pembinaan berkualitas sangat sayang.
“Keniscayaan Naturalisasi karena pemain Indonesia belum mencapai standar internasional. Sehingga perlu membina di kabupaten/kota terutama dari Jatim, paling tidak dari Ngajuk untuk nasional,” harapnya.
Pernah Tumbas U-18 berlatih di Uruguy pada saat teknik dan kemampuan lain sudah memenuhi syarat, lanjut Riyadh, tetapi ketika bermain hanya mampu konsisten selama 20 menit. Setelah diteliti melalui laboratorium ditemukan faktor makanan kurang mendukung, sehingga selama 3 bulan konsentrasi memperbaiki gizi dan pola makan.
“Oleh karena itu, sepak bola kita harus dibenahi dari bawah. Kalau tidak dibenahi dari bawah tidak akan berprestasi sesuai harapan. Apalagi naturalisasi keniscayaan atau keharusan kalau meteri pemain dari pembinaan sendiri tidak mampu mencapai prestasi standar internasional.
“Karena setiap pemimpin dimintai pertanggungjawaban di depan Allah Subhanahu wa Ta’ala,.maka mari kita mendarmabhaktikan untuk prestasi sepak bola menuju prestasi dunia atau internasional,” tandas Riyadh. (*)