Isra’ Mikraj adalah momen dimana Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat lima waktu langsung dari Allah SWT. Sebagai pengingat bagi umat Islam untuk menjaga sholat lima waktu sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT dan meneladani Nabi Muhammad SAW.
Satu satu rukun puncak bacaan shalat itu ialah,“Attahiyyatul mubarakatush sholawatuth-thoyyibatu lillaah. Assalamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh.
Assalaaamu’alaina wa ‘ala ‘ibadillahish-sholihiin. Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rosulullah.
Allahumma sholli ‘ala muhammad wa ‘ala aali muhammad kama shollaita ‘ala ibrahim wa ‘ala aali ibrahim. Allahumma barik ‘ala muhammad wa ‘ala aali muhammad kama barokta ‘ala ibrahim wa ‘ala aali ibrahimm fil ‘alamiina innaka hamiidum majiid. Artinya: “Segala penghormatan, keberkahan, salawat dan kebaikan hanya bagi Allah.
Semoga salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu wahai nabi, demikian pula rahmat Allah dan berkah-Nya dan semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh.
Aku bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad.
Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Demi alam semesta, sesungguhnya engkau maha terpuji lagi maha mulia.”
Bacaan rukun itu dikisahkan sebagai dialog ketika Nabi Muhammad bertemu Allah Suhbahnu wa Ta’ala, sehingga hal itu dikuatkan sebagai penguatan bagi orang mukmin. Dimana shalat sebagai mi’rojul mukminin. Karena awal dialog mikraj dan hal itu dirukunkan pada puncak bacaan sholat.
Allaahumma innii a’uudzubika min ‘adzaabi jahannama wamin ‘adzaabil qabri wamin fitnatil mahyaa wamamaati wamin fitnatil masiihid dajjal)
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahanam dan siksa kubur serta dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari kejahatan fitnahnya dajal.” Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinik. Artinya: “Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Hadits di atas memiliki makna bahwa Allah SWT berkehendak dalam membolak-balikkan hamba-Nya. Di sisi lain, setiap hamba sangat membutuhkan keteguhan kepada Allah SWT.
Kekokohan ini dibutuhkan baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
Sebuah pengabdian dan perwujudan penghambaan sekaligus pengabdian kepada Ilahi Robbi, dengan harapan kekokohan hati (tentu dalam iman dan Islam sebagai peningkatan ketakwaan).
Bagi umat Islam pada tahun politik dan tetap berprestasi dalam bekerja menjaga profesi atau pekerjaan apa saja. Senantiasa dikuatkan hati orang mukmin dengan tetap menjadi penjaga hati dengan setia sesuai sumpah awal ketika ruh ditiupkan. “Alastu birabbikum qaaluu balaa syahidnaa” (“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.”
Perwujudan dalam perpolitik dan profesi atau pekerjaan apa saja? Maka menjaga keteguhan hati dan ketetapan hati selalu mengabdi kepada Ilahi Robbi, selalu menjadi manusia yang baik yang bermanfaat bagi sesama umat.
Dengan bacaan rukun shalat paling puncak itulah, akan menuntun umat Islam yang mukmin dengan menjaga hati, memelihara hati senantiasa bersih dan suci, supaya kuat dalam bekerja, berpolitik dan berprofesi secara profesional dalam berbagai aktifitas. InsyaAllah. (*)