HARI ini Jumat pertama memasuki bulan Robi’ul Awal, bulan agung karena Nabi Besar Muhammad Shollallohu Alaihi Wassalam dilahirkan pada tahun 571 Masehi, pada tanggal 12. Pemerintah Indonesia memberi kehormatan dengan menetapkan sebagai hari libur nasional, pada tanggal 28 September 2023.
Di Indonesia peringatan Maulidur Rasul (Hari kelahiran Rasululloh Muhammad), selalu menjadi kebanggaan, bahkan tidak berlebihan guna membaca sholawat untuk menambah martabat keimanan dan keislaman. Bahkan di beberapa kota sudah menjadi tradisi digelar berbagai kegiatan dengan lebel “Muludan” (memeriahkan hari kelahiran).
Tidak berlebihan pada puncak acara dalam pekan tanggal kelahiran Nabi Muhammad, di sejumlah pondok atau tempat kajian keilmuan, selalu peringatan Maulid dengan besar-besar. Berbagai event keagamaan digelar dengan keberagaman budaya juga adat istiadat.
Di kampung kampung masih ada tradisi, tepat pada tanggal kelahiran Nabi besar akhir jaman itu, membawa sedekah (baca; sodaqoh) dalam bentuk makanan, buah buahan atau kue dan berbagai jenis makanan serta minuman. Kemudian setelah membaca sejarah Nabi Muhammad dan diperjelas dengan ceramah lebih banyak menceritakan tentang sejarah dan ketauladan Rasul akhir jaman. Lantas dilanjutkan makan bersama-sama, kadang membawa sebagian dari makanan dan kue untuk dibawa pulang dengan tempat khas cobek atau tedok (tampah kecil).
Lalu apa makna dari peringatan Maulid Nabi, kadang hingga berbulan bulan. Bahkan di Madura Jawa Timur, dijadikan tradisi silaturrahmi sanak saudara walau jaraknya jauh, termasuk sahabat karib yang di luar negeri. Menyempatkan pulang kampung. Apalagi suasana Silaturrahmi Akbar ini dengan berbagai acara keagamaan dan sodaqoh. Luar biasa!.
Makna dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini, tentu saja guna membangkitkan semangat umat Islam dalam beribadah dan menenun persatuan dan kesatuan, mengumandangkan sholawat karena Al-Qur’an menegaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala bersama para malaikat juga melantunkan sholawat untuk Nabi Muhammad, membumikan ajaran Nabi Muhammad paling monumental dalam peradaban dunia. Yaitu, akhlaqul karimah (budi pekerti luhur).
Sebagaimana Nabi Muhammad
bersabda; Innamaa bu’itstu li utammima makarimal akhlaq. Yang artinya; tidak sekali-kali saya diutus oleh Allah (kecuali) hanya satu untuk menyempurnakan akhlak, untuk membangun akhlakul karimah”.
Karena akhlak menjadi pilar semua gerak gerik kehidupan dalam menjaga, marwah seorang hamba, menjadi payung keilmuan dan kehormatan karena harta atau tahta. Juga menjadi pembuka jalan sekaligus petunjuk dalam mengendalikan dan menjaga kemuliaan. Maka mengagungkan akhlak dalam bulan akhlaq, guna memperkuat budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari adalah kebiscayaan. Dan perwujudan kesejatian bulan akhlaq (bulan menjaga dan meningkatan budi pekerti).
Cara santun menenun akhlaq sekaligus meneladani Nabi Muhammad dengan banyak melantunkan dzikir (mengingatkan Ilahi Robbi) dalam berbagai kesempatan. Tentu saja dengan sungguh-sungguh karena semata mata hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagaimana firman Allah pada Surat Al Ahzab ayat 21; “Laqad kana lakum fī rasulillahi uswatun hasanatul limang kana yarjullaha wal-yaumal-akhira wa zakarallaha kasīra”
Yang artinya ; “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Juga menghiasi hati atau qalbu dengan memperbanyak membaca sholawat karena meneladani dan mengikuti petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Surat Al Ahzab ayat 56;
“Innallaha wa mala’ikatahu yushalluna ‘alan-nabiyy(i), yaayyuhal-ladzina amanu shallu ‘alaihi wa sallimu taslīma(n). Yang artinya; “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya”. (*)